Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Impor Sulit Dikendalikan, Bapanas: Tergantung Nilai Tukar

Bapanas menyebut harga pangan yang berasal dari impor bergantung dari fluktuasi nilai tukar Rupiah.
Pegawai merapikan uang Rupiah, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Harga pangan yang berasal dari impor bakal susah untuk dikendalikan karena dipengaruhi oleh gejolak nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut faktor tersebut yang membuat komoditas pangan seperti beras, bawang putih, daging, kedelai, hingga gula bisa dengan mudah meningkat.

"Naik turunnya harga barang dari impor tergantung currency," ujar Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi saat dihubungi, Senin (23/10/2023).

Seperti diketahui, nilai tukar Rupiah belakangan semakin terdepresiasi oleh Dolar AS. Data Bloomberg mencatat nilai tukar Rupiah di pasar spot sore ini melemah 0,38% ke level Rp15.933 per Dolar AS. Rupiah masih terdepresiasi meskipun Bank Indonesia telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6% sejak Kamis (19/10/2023).

Menyitir data panel harga pangan, Bapanas, harga rata-rata bawang putih sepanjang bulan berjalan 2023 hingga pertengahan Oktober sebesar Rp34.454 per kilogram telah naik 23% dari rata-rata harga di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp27.921 per kilogram.

Begitupun dengan gula pasir konsumsi, rata-rata harga gula di tingkat konsumen pada pertengahan Oktober 2023 sebesar Rp15.530 per kilogram telah naik 6,2% dibandingkan harga pada Juli 2023 sebesar Rp14.610 per kilogram.

Sebenarnya, pemerintah melalui Perbadan No. 17/2023 telah menetapkan harga acuan pembelian (HAP) di tingkat konsumen sebesar Rp14.500 - Rp15.500 per kilogram, dan Rp12.500 per kilogram di tingkat petani.

Sementara harga daging sapi murni rata-rata sepanjang Januari 2023 hingga bulan berjalan Oktober 2023 sebesar Rp135.081 per kilogram atau naik 2,8% dibandingkan harga di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp131.400 per kilogram.

Seiring gejolak harga itu, Arief menuturkan bahwa ketersediaan tetap menjadi prioritas utama untuk pangan impor. Musababnya, pengadaan stok pangan impor, kata dia harus terukur. Penyesuaian harga menjadi keniscayaan.

"Untuk [pangan] tergantung impor, ketersediaan menjadi prioritas, harga [jadi] prioritas berikutnya," ucap Arief.

Berdasarkan prognosa neraca pangan yang diolah Bapanas per 20 Oktober 2023, realisasi impor bawang putih Januari - September 2023 sebanyak 417.214 ton, adapun rencana impor Oktober - Desember 2023 ditargetkan mencapai 221.439 ton. Artinya, impor bawang putih baru direalisasikan sebesar 65% dari total kuota impor tahun ini sebanyak 638.653 ton.

Sedangkan, realisasi impor gula untuk konsumsi hingga 20 Oktober 2023 baru sekitar 290.801 ton, sedangkan rencana pengadaan impor Oktober - Desember 2023 sebesar 700.199 ton. Artinya realisasi impor gula oleh BUMN maupun swasta baru 29,3% dari total kuota impor gula konsumsi tahun ini sebanyak 991.000 ton.

Sebelumnya, Direktur Utama ID Food, Frans Marganda Tambunan mengakui nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang anjlok menjadi tantangan dalam importasi. Rupiah yang semakin terdepresiasi diperparah dengan lonjakan harga gula di pasar global.

"Tahun ini selain kurs juga harga gula dunia menjadi catatan," ujar Frans saat dihubungi, Senin (23/10/2023).

Data Trading Economics pun mencatat harga gula mentah (raw sugar) di bursa berjangka Amerika Serikat per 20 Oktober 2023 sebesar US$26,85 per pon mengalami kenaikan 46,08% secara year-on-year (yoy). Harga gula mentah tersebut masih mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir sebesar US$27,5 per pon.

Lonjakan harga gula di pasar global ikut mendorong harga gula di dalam negeri. Oleh karena itu, Frans menyebut perlu ada penyesuaian harga gula di pasaran melalui kebijakan fleksibilitas harga.

"Kita saat ini sedang mengusulkan penyesuaian harga acuan penjualan konsumen," kata Frans.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper