Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan pemilu 2024 tidak mempengaruhi investasi di Indonesia.
Baginya, pemilu 2024 adalah suatu momen berulang dan usai pesta demokrasi berakhir pun perekonomian Tanah Air akan kembali normal.
“Investasi dalam bentuk seperti saham dan obligasi [juga] tidak langsung berkaitan dengan tahun politik, melainkan berkaitan juga dengan mood dari pasar modal,” ujarnya dalam paparan kinerja kuartal III/2023, Kamis (19/10/2023).
Bahkan, dia menyebut dari sisi peluang dana pihak ketiga (DPK) pun pihaknya tidak langsung mengaitkan dengan tahun politik. Justru, terlepas dari momen pemilu 2024, BCA sendiri mengupayakan untuk menjaga payment system dari sisi user friendly agar nasabahnya terus nyaman dalam bertransaksi.
“Kalau kita lihat membuat payment system kita [BCA] itu kita butuh waktu panjang dan konsisten, [sehingga] apakah ada pesta demokrasi tidak ya itu itu merupakan layanan [utama] kita,” ujarnya.
Sebagai informasi, BCA membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun pada kuartal III/2023, naik 25,8% secara tahunan (year on year/yoy).
Baca Juga
Laba bank itu terdorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 21,3% yoy menjadi Rp55,9 triliun pada kuartal III/2023. Adapun, mesin pendapatan bunga bersih bank ini melaju seiring dengan kredit perbankan yang juga bertumbuh 12,3% yoy menjadi Rp766,1 triliun.
"Solidnya kredit didorong oleh gelaran BCA Expo 2023 pada kuartal III/2023 melanjutkan BCA Expoversary 2023. Kredit konsumer pun semakin solid," ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III/2023 pada Kamis (19/10/2023).
Adapun, dengan kredit yang tumbuh dobel digit, aset BBCA pun naik 7,2% yoy menjadi Rp1.381 triliun hingga September 2023.
Sementara, kredit bank juga ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.088,8 triliun pada September 2023, naik 6,2% yoy.
Selain dengan kinerja pendapatan bunga bersih, laba bank ditopang oleh pendapatan nonbunga yang mencapai Rp18,3 triliun, naik 9,7% yoy.
Pendapatan nonbunga ini utamanya didorong oleh pertumbuhan pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang mencapai Rp13,3 triliun, naik 7,7% yoy.