Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang ringgit Malaysia telah terjatuh ke level terendah sejak krisis keuangan Asia pada 1998 atau tepatnya terendah dalam 25 tahun ke 4,76 per dolar AS. Adapun riset menunjukan bahwa pada 2024 ringgit bergerak di kisaran 4,40 hingga 4,70 terhadap dolar.
Mengutip Bernama, Jumat (20/10/23), proyeksi Ringgit ini diungkapkan oleh perusahaan RHB Research, dimana ringgit bergerak di kisaran tersebut yang didukung oleh inisiatif Anggaran 2024.
Dalam analisis kuantitatifnya, ia menuturkan bahwa ringgit akan mendapatkan manfaat dari tingkat suku bunga, perdagangan dan matrik fiskal yang berpusat di Malaysia.
"Ringgit mungkin akan mengalami konsolidasi pada awal kuartal pertama 2024 di sekitar 4,6 hingga 4,7 terhadap dolar AS pada kuartal I/2024 karena puncak suku bunga The Fed pada kuartal kuartal IV/2023 dan perilaku short-covering seiring dengan membaiknya latar belakang ekonomi makro Malaysia-sentris pada paruh pertama 2024," terang laporan tersebut.
Perusahaan riset tersebut kemudian mengatakan bahwa mata uang lokal akan didukung oleh peningkatan neraca transaksi berjalan dan neraca fiskal pada 2024. Sementara pemulihan di FTSE Bursa Malaysia KLCI dan penurunan dolar AS akan membantu.
RHB Research juga mengatakan bahwa ringgit dapat menghadapi hambatan dari potensi konsolidasi pada harga minyak Brent dan utang publik nasional yang lebih tinggi di tahun 2024.
Baca Juga
Perusahaan tersebut kemudian juga tetap optimis pada tinggi di tahun depan, berdasarkan proyeksi pertumbuhan domestik bruto (PDB) Malaysia yang sebesar 4,6% dengan keseimbangan risiko yang condong ke atas atau positif.
"Meskipun ada perlambatan ekspor dalam pembacaan terakhir, kami memperkirakan indikator-indikator eksternal Malaysia yang berfrekuensi tinggi (terutama perdagangan dan manufaktur) akan didukung pada tahun 2024 ketika angin (kondisi) perdagangan membaik," tutur laporan tersebut.
Dikatakan juga bahwa anggaran 2024 akan berdampak positif pada PDB dan ekuitas, sementara kemungkinan akan memberikan tekanan inflasi yang meningkat.
Perusahaan juga melihat anggaran terbaru sebagai anggaran yang sedikit ekspansif, dengan alokasi substansial untuk pembangunan dalam sektor-sektor prioritas dan kelompok-kelompok sasaran.
Mereka melihat anggaran terbaru sebagai anggaran yang sedikit ekspansioner, dengan alokasi yang signifikan untuk pembangunan yang mendukung sektor-sektor prioritas dan kelompok sasaran.
Di lain sisi, dalam perdagangan, RHB Research mengharapkan adanya tanda-tanda perbaikan dalam data perdagangan pada kuartal IV/2023, dan mempertahankan proyeksi ekspor pada 2023 sebesar -9,4% (year-on-year/yoy), dibandingkan proyeksi resmi sebesar -7,8% (yoy).
“Kontraksi pada data ekspor (yoy) mungkin akan berlanjut hingga kuartal IV/2023. Namun kami memperkirakan kontraksi yang lebih kecil pada data ekspor kuartal IV/2023, dengan potensi data ekspor berbalik positif pada kuartal I/2024," jelasnya.
Perusahaan melihat beberapa tanda penurunan risiko, seperti perlambatan siklus teknologi global yang mungkin mendekati akhir, dan ada tanda-tanda awal pemulihan dalam ekonomi China.
Adapun pandangan perusahaan didasarkan pada tiga faktor utama, yakni ketahanan dalam ekonomi AS yang dipadukan dengan prospek ekonomi Asean yang membaik, Rebound dalam siklus teknologi global; dan tanda-tanda awal pemulihan di China.