Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) naik 25 basis poin (bps) menjadi 6%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, keputusan tersebut dilakukan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global dan sebagai langkah preventif dan forward looking memitigasi dampaknya ke imported inflation.
”Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6%," ujarnya dalam RDG BI, Kamis (21/9/2023).
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia Bambang Ekajaya berpandangan kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia masih dalam kondisi terkendali.
"Memang BI sudah berusaha menahan bunga di 5,75% cukup lama mendekati bunga acuan The Fed yang berkisar 5.25% - 5.50%. Jadi, kenaikan ke 6% relatif wajar," tuturnya, Kamis (19/10/2023).
Bambang juga menekankan, pengaruh kenaikan suku bunga acuan terhadap kredit pemilikan rumah (KPR) dinilai tidak terlalu besar.
Baca Juga
Untuk tetap memastikan pasar properti tetap stabil, Bambang menambahkan, pihak developer perlu menyiasatinya dengan memberikan promosi-promosi yang menarik. Mulai dari penerapan suku bunga KPR self subsidi, menghadirkan DP (down payment) yang ringan hingga memasang buyback guarantee kepada pihak perbankan agar memudahkan konsumen mendapat kredit.
Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankaan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin berkeyakinan industri perbankan tidak akan serta merta langsung mengerek suku bunga kreditnya.
Dia memproyeksi, apabila kondisi ekonomi tak kunjung membaik, bank baru akan mengerek suku bunga kreditnya pada kuartal I/2024.
"Saya rasa kalau dalam waktu tempo singkat ya di Kuartal I/2024, itu kalau masih seperti ini karena ekonomi global, The Fed juga masih bertahan dalam tren suku bunga yang tinggi. Alhasil, mau tidak mau bank harus menyesuaikan ini," ujarnya.
Adapun kaitannya terhadap penjualan properti ke depan, Pengamat Properti Anton Sitorus menyampaikan adanya indikasi pasar properti bakal kembali tertekan. Kondisi tersebut diperkeruh dengan suasana politik di Timur Tengah yang turut memanas.
Anton juga beranggapan, apabila industri perbankan bakal mengerek suku bunga kredit khususnya KPR dalam waktu dekat, maka hal tersebut diprediksi bakal menggerus kinerja pasar properti pada kuartal IV/2023 mendatang.
"Kalau bank langsung menaikkan (suku bunga kredit) dalam hitungan beberapa bulan ke depan, ini tentu akan bisa berpengaruh ke penjualan di kuartal IV/2023. Karena kita tahu bahwa pembeli properti yang menggunakan fasilitas kredit ini banyak," tuturnya.