Bisnis.com, JAKARTA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan para calon pemimpin Indonesia terkait berbagai tantangan dunia yang semakin sulit mulai dari krisis pangan akibat perang, perubahan iklim, hingga ancaman World Trade Organization (WTO).
Hal ini disampaikan Jokowi dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-6 Projo di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Sabtu (14/10/2023). Adapun, agenda ini dihadiri sejumlah Ketua Umum Partai seperti Demokrat, Golkar, PAN, hingga Gelora.
"Tantangan yang kita hadapi ke depan itu tidak makin mudah, tetapi makin sangat sulit. Tantangan yang kita hadapi, krisis pangan belum rampung, krisis pangan dunia belum selesai," kata Jokowi.
Jokowi menegaskan bahwa selama perang Ukraina-Rusia belum usai, kemudian ditambah perang Palestina-Israel yang kembali memanas, maka krisis pangan akan terus terjadi dan berpengaruh pada kondisi pangan di Indonesia.
Perang Rusia-Ukraina telah berdampak pada kenaikan harga pangan. Sedangkan, perang Palestina-Israel dapat memicu lonjakan harga energi seperti bensin, termasuk Pertamax, Pertalite.
"Saya tidak ingin menakut-nakuti tetapi bisa kejadian karena kalau perang tidak selesai pasti harga BBM global pasti akan naik," imbuhnya.
Baca Juga
Terkait harga beras yang naik gila-gilaan, Jokowi pun turun tangan melihat kondisi panen gabah di Subang dan Indramayu. Dia mengungkap rasa syukur para petani gabah yang senang karena harga gabah mencapai level Rp7.400 per kg.
"Saya tanya kepada para petani 'Gimana bapak ibu senang sekarang?', 'Wah senang banget pak,'. Petani ini sekarang senang banget karena harga gabah bisa Rp7.300- Rp7.400 tetapi harga berasnya naik, berasnya naik," ujarnya.
Hal ini tak dipungkiri karena fenomena perubahan iklim yang semakin nyata di depan mata. Hal ini dibuktikan dengan kondisi panas menyengat selama 3-4 bulan terakhir di seluruh dunia, yang juga dipicu fenomena El Nino.
"Termasuk kita kena El-Nino, bukan hanya panas tetapi juga mempengaruhi produksi pangan kita, pasti akan mempengaruhi hasil produksi pangan kita," ujarnya.
Jokowi pun bercerita tentang kunjungan pada KTT AIS Forum di Bali pada 11-12 Oktober 2023 lalu yang dihadiri oleh 34 negara. Seluruh negara pulau hingga kepulauan membicarakan kondisi pulau mereka yang telah tenggelam karena perubahan iklim.
"Meskipun ini negara dengan penduduk ada yang 10.000 ada yang ratusan ribu tetapi dampaknya sudah mereka rasakan langsung. Pulaunya banyak yang sudah tenggelam," terangnya.
Untuk itu, kondisi krisis pangan hingga perubahan iklim menjadi hal yang harus disikapi bersama. Sebab, tak hanya pangan dan energi, namun perubahan iklim juga akan mengancam eksistensi pulau-pulau kecil hingga tenggelam karena permukaan air laut yang naik.
"Inilah tantangan-tantangan besar yang makin kompleks yang akan dihadapi oleh pemimpin ke depan, pemimpin kita ke depan," ungkapnya.
Jokowi menuturkan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki visi taktis yang jelas, memiliki keberanian dalam mengambil resiko, hingga memiliki nyali untuk menghadapi tekanan dari negara-negara besar.
"Jangan baru digugat di WTO saja sudah mundur, jangan ditekan, diancam saja sudah mundur. Itu yang diperlukan, pemimpin ke depan," tuturnya.