Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Menteri Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan pemerintah terus melakukan sederet upaya untuk mewujudkan ongkos logistik mencapai 8 persen.
Per September 2023, ongkos atau biaya logistik Tanah Air telah mencapai 14,29 persen, lebih rendah dari capaian 2020 sebesar 24 persen. Untuk mencapai hal tersebut, Susiwijono menekankan perlu didorong berbagai inisiatif untuk meningkatkan logistik dalam negeri.
Terlebih, pemerintah masih menghadapi berbagai tantangan dalam sistem logistik, seperti tidak meratanya sarana prasarana dan standar fasilitas pendukung. Akibatnya utilisasi pelabuhan di kawasan Indonesia Timur di bawah 50 persen.
“Masih perlu didorong berbagai inisiatif untuk meningkatkan logistik kita terutama yang berbasis komoditas atau komoditi base approach untuk menciptakan berbagai sentra industri dan pertumbuhan ekonomi baru keunggulan di Indonesia Timur,” katanya dalam acara Peningkatan Kinerja Logistik melalui Utilisasi Layanan National Logistic Ecosystem (NLE), di Hotel Borobudur, Selasa (10/10/2023).
Selain itu, Susi menjelaskann pihaknya juga mendorong penggunaan transportasi multi moda dan pengembangan berbagai kawasan. Khususnya kawasan logistik yang terintegrasi sebagai hub and spoke untuk meningkatkan kinerja logistik sekaligus mendorong efisiensi biaya logistik.
Di sisi lain, Direktur Perdagangan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasinoal (Bappenas) Laksmi Kusumawati menyampaikan pihaknya telah merencanakan setidaknya 8 langkah untuk mewujudkan target tersebut.
Baca Juga
Pertama, optimalisasi rute dan jaringan backbone logistik. Kedua, integrasi antarmoda dari sebelumnya point-to-point menjadi hub and spoke. Ketiga, konsolidasi dan dekonsolidasi muatan. Keempat, pemerataan layanan logistik di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Indonesia Timur.
Selain itu, upaya lainnya yang diperlukan yaitu peningkatan reliabilitas dan kualitas layanan logistik dan penguatan kelembagaan. Peningkatan kualitas SDM bidang logistik juga diperlukan. Terakhir, tata kelola proses logistik secara end-to-end melalui integrasi layanan berbasis digital.
Mengacu data World Bank atau Bank Dunia, per 2020 posisi biaya logistik Indonesia berada di level 24 persen, terbesar di negara Asean.
Sementara pada periode yang sama, Vietnam memiliki biaya logistik sebesar 20 persen, Thailand 15 persen, China 14 persen, Filipina 13 persen, Malaysia 13 persen, India 13 persen, sedangkan Singapura dan Jepang 8 persen.