Bisnis.com, JAKARTA – Rusia menerapkan kebijakan pelarangan ekspor bensin dan diesel ke semua negara, kecuali negara-negara bekas Uni Soviet, untuk sementara waktu sejak 21 September 2023.
Melansir dari Reuters, Rabu (27/9/2023), kebijakan yang berlaku sebagai bentuk tanggapan atas kekurangan pasokan dalam negeri ini berpotensi mengganggu perdagangan global.
Sementara itu, Kremlin juga mulai melonggarkan kebijakan tersebut pada 25 September 2023, dengan mengizinkan ekspor untuk beberapa kapal dan diesel dengan kandungan sulfur yang tinggi.
Namun, para analis mengatakan bahwa para importir masih harus mencari penjual alternatif sampai Rusia dapat mengisi kembali stoknya sendiri.
Di sisi lain, para pedagang mengatakan bahwa Rusia yang menjadi produsen minyak terbesar di dunia ini mengalami kekurangan bahan bakar akibat adanya maintenance atau pemeliharaan di kilang minyak, hingga melemahnya nilai tukar Rubel.
Rusia mencoba mengatasi kekurangan diesel dan bensin dalam beberapa bulan terakhir tetapi beralih ke pembatasan ekspor untuk mencegah krisis bahan bakar, yang bisa menjadi canggung bagi Kremlin karena pemilihan presiden akan berlangsung pada Maret 2024.
Pasalnya, larangan diesel akan memiliki dampak terbesar dalam perdagangan global, karena Rusia adalah pengekspor bahan bakar terbesar di dunia, selain Amerika Serikat (AS).
Analis minyak Vortexa mengungkapkan Rusia mengirimkan rata-rata 1,07 juta barel per hari (bph) diesel dari awal tahun hingga 25 September, menyumbang lebih dari 13,1 persen dari total perdagangan diesel melalui laut.
Sampai Kapan Rusia Setop Ekspor?
Rusia mengatakan akan membuka kembali keran ekspor setelah pasar domestiknya stabil, namun tidak memberikan jadwal yang pasti.
Perkiraan lamanya larangan ini bervariasi. Konsultan FGE Energy mengatakan bahwa larangan diesel dapat berlangsung hingga dua minggu sebelum Rusia mengisi kembali stoknya dan melanjutkan ekspor.
Sementara JP Morgan mengatakan bahwa larangan ini dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga musim panen berakhir pada bulan Oktober, sementara FGE Energy mengatakan bahwa pengisian kembali stok bensin Rusia dapat memakan waktu hingga dua bulan.
Pada akhirnya, larangan Rusia yang berkepanjangan terhadap ekspor diesel dapat memaksa Brasil mengganti hingga 400.000 ton bahan bakar tersebut per bulan.
Pasokan diesel dari Rusia ke Brasil mencapai sekitar 4 juta metrik ton pada tahun ini hingga 25 September, dibandingkan dengan 74.000 ton pada 2022. Bahan bakar Rusia menggantikan impor diesel Brasil dari Amerika Serikat.
Setelah Uni Eropa melarang impor bahan bakar Rusia karena invasi Moskow ke Ukraina, Rusia mengalihkan ekspor diesel dan bahan bakar lainnya yang terikat di Eropa ke Brasil, Turki, beberapa negara Afrika Utara dan Barat, dan negara-negara Teluk di Timur Tengah.
Berdasarkan sumber-sumber Reuters, negara-negara Afrika yang kini bergantung pada Rusia diperkirakan akan beralih ke pasokan bahan bakar dari dari Timur Tengah, India dan Turki.
Setidaknya 132.000 ton diesel yang dimuat pada bulan September akan menuju ke Afrika dari kilang Duqm baru di Oman, demikian data pelacakan kapal dari Kpler dan dua perusahaan pialang kapal menunjukkan.
Sedangkan ekspor diesel dari Timur Tengah ke Amerika Latin berada di level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, yaitu 315.000 ton. Para importir Amerika Latin kemungkinan akan beralih ke Pantai Teluk AS dan Timur Tengah, kata para pedagang.
Persaingan perebutan bahan bakar
Sejak melarang impor bahan bakar Rusia, Eropa telah mencari pemasok di tempat lain, termasuk dari Timur Tengah. Persaingan untuk mendapatkan pasokan tersebut sekarang akan meningkat karena larangan Rusia, yang akan berdampak pada Eropa.
Akibatnya, para pedagang mengatakan bahwa mereka mengharapkan para penyuling Asia Timur Laut di China dan Korea Selatan untuk meningkatkan ekspor diesel ke Eropa.
China mengekspor sekitar 190.000 ton diesel ke Eropa pada bulan September, dengan 45.000 ton dijadwalkan untuk dimuat pada bulan Oktober yang juga menuju ke negara-negara Barat.