Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Inti Singapura Agustus 2023 Melandai, Bank Sentral Berpeluang Tahan Kebijakan

Inflasi inti yang tidak termasuk biaya perumahan dan transportasi menyentuh 3,4 persen pada Agustus 2023 (year-on-year/yoy).
Konsumen Menggunakan Visa Contactless Payment di Stasiun MRT Singapura/Asteria Desi Kartika Sari
Konsumen Menggunakan Visa Contactless Payment di Stasiun MRT Singapura/Asteria Desi Kartika Sari

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi inti Singapura kembali melandai pada Agustus 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya menyusul pulihnya rantai rantai pasokan dan turunnya beban impor.

Melansir Bloomberg, Senin (25/9/2023), Departemen Statistik Singapura melaporkan inflasi inti yang tidak termasuk biaya perumahan dan transportasi menyentuh 3,4 persen pada Agustus 2023 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka inflasi inti ini lebih rendah daripada perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para analis yang memperkirakan inflasi mencapai 3,5 persen.

Sementara itu, angka inflasi utama mencapai 4 persen yoy, sejalan dengan proyeksi analis dalam survei Bloomberg dan turun dari level 4,1 persen pada Juli 2023.

Data inflasi yang lebih rendah ini memungkinkan bank sentral Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) untuk melanjutkan jeda pengetatan moneternya. Data ini menjadi data inflasi terakhir sebelum tinjauan kebijakan MAS berikutnya di bulan Oktober, sekaligus mengonfirmasi tren deflasi di Singapura.

Hal ini mendorong bank sentral untuk tetap bertahan pada pertemuan kedua berturut-turut, meskipun secara global prospek suku bunga berbeda untuk setiap negara berdasarkan perkembangan dalam negeri.

Di AS, Federal Reserve diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada November 2023 mendatang setelah inflasi bulan Agustus melonjak di luar ekspektasi. Adapun inflasi yang rendah di Inggris membuat Bank of England mempertahankan kebijakan moneternya.

Ekonom Asean di Bloomberg Economics Tamara Mast henderson mengatakan kenaikan inflasi masih tinggi dan harga makanan dan energi cenderung kembali naik.

”Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga di Singapura ini masih dapat mengambil manfaat dari mata uang yang kuat untuk melawan kenaikan biaya impor,” ungkap Henderson seperti dilansir Bloomberg, Senin (25/9).

MAS, yang mengatur nilai mata uang untuk menyesuaikan kondisi-kondisi moneter memperkirakan inflasi akan terus menurun dalam beberapa bulan ke depan karena inflasi impor masih tetap rendah dibandingkan dengan tingkat tahun lalu dan ketatnya pasar tenaga kerja domestik saat ini berkurang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper