Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Pariwisata Dunia di bawah PBB (United Nation World Tourism Organization/UNWTO) melaporkan bahwa kinerja sektor pariwisata internasional belum mampu mencapai tingkat yang sama seperti 2019.
UNWTO menyebut, situasi tersebut diperkirakan berlangsung hingga 2024 atau bahkan lebih lama.
“Kondisi ekonomi yang masih menantang menjadi hambatan utama dalam pemulihan total pariwisata internasional di 2023 dan 2024,” tulis UNWTO, melansir Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2023/2024, Jumat (22/9/2023).
Para wisatawan diprediksi akan lebih memperhitungkan uang yang mereka keluarkan dan memilih destinasi wisata yang lebih dekat dengan negaranya.
Di sisi lain, wisata dalam negeri menjadi pilihan pertama bagi wisatawan sehingga pariwisata domestik diproyeksi akan terus menopang pemulihan sektor pariwisata. China misalnya, mencatat adanya 274 juta perjalanan domestik selama libur Hari Buruh pada 29 April hingga 3 Mei, atau meningkat 19 persen dibandingkan 2019.
Meski belum bisa menyamai level 2019, UNWTO mencatat bahwa wisatawan internasional tumbuh hingga 86 persen atau mencapai 235 juta perjalanan internasional pada kuartal I/2023.
Baca Juga
Pemulihan secara global tersebut, didukung oleh pent-up demand, pemulihan konektivitas udara yang bertahap, dan pembukaan kembali sejumlah negara seperti China dan destinasi utama lainnya di Asia.
Expedia dalam temuannya menunjukkan bahwa tren peningkatan kuantitas pencarian di situs mereka mencapai 25 persen (quarter-to-quarter/qtq) pada kuartal I/2023. Angka tersebut naik 10 persen dibanding periode yang sama pada 2022.
Expedia mengungkapkan, destinasi dengan cuaca hangat menjadi favorit wisatawan pada pertengahan 2023, seperti Denpasar, Cancun, dan Palma de Mallorca.
Antusias wisatawan yang tinggi juga terlihat dalam hasil survei Wakefield Research pada Maret 2023. Mereka mencatat 72 persen wisatawan berencana untuk berlibur lebih banyak pada 2023 dan lebih dari 83 persen berencana untuk bepergian dengan frekuensi yang lebih banyak atau sama dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, 81 persen berencana untuk membelanjakan lebih banyak anggaran mereka atau menjaganya tetap sama untuk satu perjalanan dibanding tahun lalu.
Tren dari sisi demand juga memberikan secercah harapan bagi sektor pariwisata untuk segera pulih. Berdasarkan data survei penumpang Asosiasi Pengangkutan Internasional (International Air Transport Association/IATA) pada Mei 2023, sebanyak 41 persen pelaku perjalanan menyebut akan melakukan perjalanan lebih banyak pada 12 bulan ke depan, dibandingkan tahun sebelumnya, dan 49 persen akan melakukan jumlah perjalanan yang sama dengan tahun sebelumnya.
“77 persen responden menyatakan mereka sudah melakukan perjalanan lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi, ditunjukkan dengan meningkatnya booking tiket pesawat yang melampaui 2019 untuk perjalanan dalam negeri,” tulisnya.
Sementara itu, hasil kinerja setiap kawasan menunjukkan adanya penguatan, jika dibandingkan periode yang sama pada 2019. Pada kuartal I/2023, kawasan Timur Tengah menunjukkan hasil paling tinggi dengan peningkatan mencapai 15 persen dibandingkan prapandemi pada 2019. Pencapaian tersebut sekaligus menjadikan Timur Tengah sebagai yang paling cepat pulih dari efek pandemi Covid-19.
Di Asia-Pasifik, kembali dibukanya China mengakselerasi pemulihan pariwisatanya dengan capaian 54 persen mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan penyumbang wisatawan terbesar di sejumlah wilayah, sedangkan Eropa sukses mencapai angka 90 persen berkat permintaan intra-regional yang kuat serta perjalanan dari AS.
“Perjalanan dari AS ke Eropa terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada awal 2023, meningkat 118 persen pada Januari 2023 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” catat IATA.