Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kedatangan wisatawan internasional di 2024 diperkirakan membeludak di seluruh dunia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun mulai menyiapkan berbagai upaya untuk mengatasi overtourism.
Merujuk Organisasi Pariwisata Dunia (United Nation World Tourism Organization/UNWTO) overtourism diartikan sebagai dampak pariwisata terhadap suatu destinasi yang secara berlebihan memengaruhi persepsi kualitas hidup warga maupun kualitas pengalaman pengunjung secara negatif.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengatakan, pemerintah telah menginisiasi B3 - Banyuwangi Bali Barat - untuk mengantisipasi overtourism di Bali.
“Ini yang akan kita sinkronisasikan sehingga Bandara Banyuwangi bisa lebih banyak menerima penerbangan untuk wisatawan yang berwisata di Banyuwangi dan Bali Barat,” kata Sandi di Kantor Kemenparekraf, dikutip Selasa (23/1/2024).
Pemerintah juga berencana untuk menyiapkan paket wisata hingga destinasi-destinasi baru guna mengurai kepadatan di sebuah destinasi dan mempermudah pergerakan dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Cara ini diharapkan dapat mengantisipasi overtourism di Bali.
Kendati begitu, Sandi melihat kondisi overtourism secara umum belum terjadi di Indonesia. Pasalnya, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di 2023 belum melampaui level 2019 yang tercatat sebanyak 16 juta kunjungan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total kunjungan wisman hingga November 2023 baru mencapai 10,4 juta kunjungan.
“Jadi masih ada ruang dan kita terus siapkan destinasinya dan regulasinya agar kita tidak terjadi overtourism,” ujarnya.
UNWTO memperkirakan, 2024 akan menjadi rekor kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia. Membludaknya jumlah wisman berdampak besar terhadap destinasi-destinasi mainstream.
Jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia tercatat hampir mencapai 1,5 miliar pada 2019. Direktur Intelijen Pasar dan Daya Saing UNWTO Sandra Carvao memproyeksikan, jumlah kunjungan wisatawan internasional dapat melampaui level 2019.
Proyeksi tersebut merujuk pada pemulihan pariwisata di Asia, di mana sebelum pandemi Covid-19 kawasan ini menjadi wilayah terbesar kedua dalam hal jumlah perjalanan, setelah Eropa.
“Rekor jumlah kedatangan internasional di seluruh dunia dapat berarti lebih banyak pengunjung ke beberapa tujuan paling populer yang sedang berjuang dengan overtourism,” ujar Sandra, melansir Sky News, Selasa (23/1/2024).