Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Ekspansi Manufaktur RI Menguat Ditopang Pemulihan Pasar China

Ekspor besi dan baja ke China pada semester I/2023 yakni senilai US$2,89 juta, naik dari capaian ekspor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,76 juta.
Pagar pengaman atau guard rail, salah satu produk penghiliran baja dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS).
Pagar pengaman atau guard rail, salah satu produk penghiliran baja dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS).

Bisnis.com, JAKARTA - Perbaikan kinerja industri China mulai berdampak pada meningkatnya permintaan sehingga mendongkrak ekspor non-migas Indonesia dengan komoditas unggulan yakni besi dan baja (HS 72), menggantikan crude palm oil (CPO). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS), ekspor komoditas besi dan baja melonjak sejak 2022-2023 dengan pertumbuhan masing-masing 29,90 persen dan 28,58 persen. 

Hal inipun tercermin dari peningkatan nilai ekspor besi dan baja ke China pada semester I/2023 yakni senilai US$2,89 juta, naik dari capaian ekspor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,76 juta. 

Tak hanya besi dan baja, secara keseluruhan, eskpor nonmigas ke China tercatat naik 9,36 persen (month-to-month/mtm) yang juga dipicu oleh kenaikan permintaan lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15). 

Secara kumulatif dari Januari-Agustus 2023, pangsa ekspor nonmigas ke China mengalami peningkatan. Jika pada tahun lalu dalam periode yang sama pangsa ekspor sebesar 21,26 persen dari total ekspor nonmigas, kini pada 2023 meningkat menjadi 24,96 persen. 

Sentimen perlambatan perekonomian China tampak kian pulih seiring dengan permintaan barang ekspor ke "Negeri Tirai Bambu" yang membaik. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan ekspor ke China masih cukup solid karena permintaan dari China masih sehat. 

"Artinya, demand atau permintaan dari pasar China masih akan ada, karena dia [China] tidak mengalami kontraksi perekonomiannya," ujar Amalia dalam rilis BPS, pekan lalu. 

Sinyal pemulihan industri China juga dapat terlihat dari catatan Puchasing Manager's Index (PMI) Agustus 2023 yang dirilis oleh S&P Global. Adapun, PMI China tercatat mengalami kenaikan menjadi 51,0 di level ekspansi, setelah sebelumnya terkontraksi di level 49,2 pada Juli 2022. 

China sebagai pangsa ekspor nonmigas utama RI memiliki peran penting dalam menjaga kekuatan manufaktur domestik. Saat ini PMI Indonesia masih berada di level yang kuat yakni 53,9 pada Agustus, naik dari Juli 2023 yang berada di angka 53,3. 

Kondisi ini menjadi angin segar dan berpotensi menguatkan posisi PMI Indonesia. Sebelumnya, Ekonom Senior Core Indonesia Ina Primiana menyebutkan pelemahan industri China dapat berimbas pada kontraksi PMI RI, mengingat pasar ekspor dan impor utama yaitu China.

Kendati terjadi sinyal penguatan, Ina tetap mendorong optimalisasi pemanfaatan bahan baku dan bahan penolong dalam negeri, sekaligus penguatan pasar domestik. Terlebih, pemerintah masih memiliki pekerjaan untuk menahan laju impor berlebih dari China. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper