Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ECB Diperkirakan Kerek Suku Bunga Acuan ke Rekor Tertinggi Meski Ekonomi Melambat

Bank Sentral Eropa atau ECB akan memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga acuan ke rekor tertinggi atau menahannya karena perekonomian yang memburuk.
Christine Lagarde, Presiden European Central Bank (ECB), dalam konferensi pers di Frankfurt, Germany, Kamis (16/12/2021)/ Bloomberg-Andreas Arnold
Christine Lagarde, Presiden European Central Bank (ECB), dalam konferensi pers di Frankfurt, Germany, Kamis (16/12/2021)/ Bloomberg-Andreas Arnold

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Eropa atau ECB pada Kamis malam ini (14/9/2023) akan memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga acuan ke rekor tertinggi yang dapat disebut sebagai langkah terakhir, atau menahannya karena memburuknya perekonomian. 

ECB kini menghadapi dilema. Meskipun telah menaikkan suku bunga sembilan kali berturut-turut, inflasi tetap lebih tinggi dua kali lipat dari target 2 persen dan diperkirakan tidak akan mencapai target tersebut hingga dua tahun ke depan.

Para analis dan investor lebih dominan memperkirakan bahwa suku bunga ECB akan mengalami jeda. Namun, Reuters dalam laporannya pada Selasa (12/9/2023) mengatakan bahwa ECB akan menaikkan proyeksi tahun depan lebih dari 3 persen. 

Para pembuat kebijakan melihat proyeksi 2024 sebagai hal yang krusial untuk menentukan apakah inflasi yang saat ini masih di atas 5 persen akan kembali ke target atau terjebak di level yang lebih tinggi untuk waktu yang lama. 

"Momentum inflasi terlalu kuat bagi ECB untuk berhenti sejenak," ujar ekonom Danske Bank, Piet Haines Christiansen, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/9). 

Dalam jajak pendapat Reuters pada 5-7 September 2023, sebagian besar ekonom mengharapkan ECB untuk mempertahankan suku bunga pada minggu ini. 

Namun, dengan perubahan suasana, pasar uang kini memberikan peluang kenaikan sebesar 63 persen, yang diperkirakan akan menjadi yang terakhir dalam siklus yang dimulai pada Juli 2022. 

Dengan kenaikan sebesar 25 basis poin (bps) pada Kamis (14/9) maka akan membawa suku bunga yang dibayar atas deposito bank menjadi 4 persen, yakni tingkat tertinggi sejak euro diluncurkan pada 1999. 

"Jika ECB tidak menaikkan suku bunga, itu akan terdengar hawkish dan akan berusaha meyakinkan pasar keuangan bahwa suku bunga bisa dinaikkan pada salah satu pertemuan berikutnya," jelas Analis UniCredit dalam sebuah catatan.

Analis UniCredit juga mengutarakan bahwa mereka ragu bahwa hal ini akan terjadi. Mereka mengharapkan bahwa keputusan mempertahankan suku bunga tetap stabil hari ini akan menandai akhir dari siklus pengetatan. 

Kemudian, bagi para pihak yang mendukung kenaikan suku bunga, mungkin berpendapat bahwa langkah ini dilakukan karena inflasi, termasuk ukuran dasar yang menghilangkan komponen tidak stabil, masih terlalu tinggi dengan lonjakan harga energi yang mengancam akselerasi baru. 

Pada Kamis (14/9) ECB juga diperkirakan akan memangkas proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini dan 2024, sehingga membuat beberapa ekonom berpendapat bahwa ECB perlu menunda kenaikan suku bunga pada bulan ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper