Bisnis.com, JAKARTA – Tambang emas Tujuh Bukit di Banyuwangi punya keistimewaan tersendiri. Letaknya yang bersebelahan dengan Pulau Merah, salah satu destinasi wisata andalan Banyuwangi membuat operasional tambang emas ini menarik.
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI) telah mengoperasikan tambang emas Tujuh Bukit seluas 4.998 hektare (ha) sejak 2021 lalu. Kontribusi tambang emas Tujuh Bukit ini terbilang signifikan untuk MDKA mengingat telah menyentuh 1 juta ounce emas per Juli 2023 lalu.
Hingga sejauh ini, BSI telah menggarap lahan tambang seluas 992 ha dan aktivitas tambang terbuka ini akan berakhir pada 2026. Bisnis berkesempatan melihat dari dekat operasional tambang emas Tujuh Bukit ini. Truk besar nampak hilir mudik, sementara sejumlah bukit telah menghijau karena reklamasi progresif yang dilakukan.
Dari salah satu puncak bukit di tengah lokasi tambang, nampak Pulau Merah, perahu nelayan dan pantai indah dengan pasir putihnya. Panorama sunset yang unik di sekitar Pulau Merah menjadi pemandangan keseharian para pekerja tambang Tujuh Bukit.
“Itu Pulau Merah. Dekat sini ada taman nasional, sementara kami beroperasi persis di [destinasi] andalan Kabupaten Banyuwangi. Kami melakukan penambangan di wilayah wisata, itu tantangannya dan kami buktikan itu,” kata General Manager of Operations (GMO) PT BSI, Roelly Fransza.
Pembuktian tambang emas Tujuh Bukit menjalankan operasional secara berkelanjutan sekaligus mendorong sektor pariwisata sedikitnya nampak dalam dua hal yakni pada sisi operasional dan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Baca Juga
Roelly menjelaskan pada sisi operasional, BSI memastikan proses penambangan emas dilakukan dengan mengedepankan keselamatan dan keselamatan kerja (K3) dan berwawasan lingkungan. Sebelum air dialirkan kembali ke sungai, katanya, BSI telah memastikan kualitas air memenuhi baku mutu air.
Sejalan dengan itu, BSI menjalankan PPM yang tidak hanya membantu masyarakat tetapi juga mendorong sektor pariwisata. BSI, katanya, memiliki sejumlah program PPM seperti pendampingan UMKM, pembangunan infrastruktur wisata hingga transplantasi terumbu karang.
“Kami juga bantu masyarakat sekitar lingkar tambang dengan memberikan pendidikan untuk membantu bisnisnya lancar. Kami sediakan makanan, tapi banyak karyawan kami tetap bisa makan di luar sehingga ada perputaran ekonomi di sekitar lokasi tambang,” paparnya.
Menurutnya, tambang yang dikelola dengan baik sesuai dengan kaidah lingkungan terbukti dapat hidup berdampingan dengan sektor pariwisata. Karyawan BSI yang lebih dari 3.000 orang juga menjadi wisatawan yang banyak menghabiskan waktu luang di daerah wisata.
Dengan lokasi yang dekat dengan destinasi wisata, klaimnya, tambang Tujuh Bukit menjadi salah satu tujuan favorit pekerja tambang Tanah Air. Tambah lagi akses transportasi dari lokasi tambang ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bali dan Jakarta tergolong sangat baik.
Roelly menjelaskan selain mencatatkan 1 juta ounce emas per Juli 2023 lalu, BSI juga mampu memastikan aspek K3 berkat 21 juta jam kerja tanpa insiden serius. Sejauh ini, produksi emas BSI masih sesuai target.
“Pada tahun ini kami menargetkan produksi sebanyak 130.000 ounces dan sampai akhir Agustus 2023 sudah 96.000 ounce dan silver 420.000 ounce,” tambahnya.
Doni Roberto, Environmental Manager BSI menambahkan aspek K3 telah menjadi budaya dari level atas sampai paling bawah termasuk vendor perusahaan. Evaluasi secara berkala dilakukan termasuk memastikan karyawan dan operator alat memiliki istirahat yang cukup lantaran aktivitas pertambangan dilakukan 1x24 jam.
Khusus untuk aspek lingkungan, BSI mengikuti protokol analisis dampak lingkungan (Amdal) mulai dari reklamasi, kualitas air, hingga memantau pemulihan flora dan fauna. Reklamasi langsung dilakukan setelah penambangan selesai dengan menanam pohon pionir yang cepat tumbuh seperti sengon dan jabon yang kemudian diikuti dengan tanaman lokal.
“Kami ingin kembalikan ke kondisi semula dengan menanam tanaman lokal,” jelasnya.
Doni melanjutkan untuk kualitas air, BSI berupaya memastikan air yang dialirkan ke sungai telah memenuhi standar mutu baku. Untuk menetralkan penggunaan zat kimia seperti sianida pada proses produksi emas, BSI menggunakan sejumlah langkah pemurnian air.
BSI memiliki sejumlah kolam besar yang digunakan untuk menampung dan mengelola air. Berkat sejumlah teknologi yang diterapkan, laporan secara realtime yang mencatatkan mutu baku air langsung dikirimkan ke pihak Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
“Kami telah memiliki beberapa kolam penampungan yang kami kelola dengan baik agar memenuhi baku mutu terlebih dahulu sebelum kami alirkan. Kami kontrol itu harian dan itu tercatat dengan alat yang secara otomatis terkirim ke KLHK,” paparnya.
Doni tidak menampik adanya pro dan kontra terkait aktivitas penambangan yang dekat dengan lokasi wisata. Namun, BSI berupaya untuk setia memenuhi setiap standar pengelolaan aspek lingkungan sehingga tidak berdampak negatif bagi masyarakat dan pariwisata.
BSI klaimnya, tidak berhenti pada memenuhi standar keberlanjutan atau green mining tetapi juga berupaya memantau agar kualitas udara tetap baik, flora dan fauna lokal hingga satwa yang dilindungi tetap dilestarikan.
Untuk mendorong pemahaman masyarakat, BSI sering melakukan mining tour bagi masyarakat sekitar, pemuka agama, anak sekolah, guru, mahasiswa hingga pemerintah daerah dan lainnya untuk melihat dari dekat aktivitas penambangan di Tujuh Bukit.
“Setelah mereka ke sini, oh iya ya. Artinya berbeda dengan pikiran di luar sebelum masuk, ternyata dihijaukan lagi ya, ternyata air ini dikelola ya, apalagi di sini ketika melihat suka ada banyak burung dan hewan lainnya. Ini kami laporkan juga termasuk ke BKSDA, KLHK,” imbuhnya.
Siap Operasikan Tambang Tembaga Bawah Tanah
Boyke Poerbaya Abidin, Chief of External Affairs PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menambahkan tambang emas open pit di (penambangan terbuka) Tujuh Bukit berdasarkan studi kelayakan akan berakhir pada 2026. Selanjutnya, BSI akan menambang tembaga di tambang bawah tanah.
“Kemudian nanti kami akan lanjutkan dengan proyek underground sendiri untuk tembaganya, copper. Itu yang ada potensi di area Tujuh Bukit. Jadi setelah tambang emas, kita akan lanjutkan ke tambang copper tembaga,” jelasnya.
Untuk proyek tambang bawah tanah, kata Boyke, BSI telah melakukan drilling and development yang diharapkan rampung dalam 3-4 tahun ke depan. Saat ini tambang bawah tanah memasuki fase eksplorasi sambil melakukan perawatan terowongan sepanjang 1,800 meter selama proses eksplorasi berlangsung.
Merujuk pada hasil Pra-Studi Kelayakan Proyek Tembaga Tujuh Bukit, potensi proyek tambang bawah tanah ini memiliki kapasitas produksi 24 juta ton bijih per tahun dan dapat memberikan maksimal produksi 112.000 ton tembaga dan 366 ribu ounce emas dalam konsentrat per tahun.
“Underground project ini targetnya adalah memproduksi copper. Cadangannya kelas dunia. Jangka waktu operasinya akan 20 sampai 30 tahun,” paparnya.