Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis industri bahan baku baterai dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dalam negeri semakin bergeliat.
Adapun, hal ini seiring dengan peresmian groundbreaking industri smelter nikel di Balikpapan, Kalimantan Timur yang merupakan inisiasi dari PT Mitra Murni Perkasa (MMP).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pembangunan smelter nikel oleh PT MMP sejalan dengan peta pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
Dalam peta ekosistem EV tersebut disebutkan target kuantitatif produksi KBLBB roda empat sebesar 1 juta unit pada 2035, serta KBLBB roda dua atau tiga mencapai 12 juta unit pada 2035.
“Sesuai target tersebut, proyeksi kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai khususnya jenis baterai NMC 811 (Nickel, Manganese, Cobalt) dalam mendukung program pengembangan EV akan terus meningkat," kata Agus dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (12/9/2023).
Agus mengapresiasi investasi industri smelter nikel di RI yang dilakukan oleh PT Mitra Murni Perkasa dengan 100 persen Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Hal ini dapat mendukung pemerintah dalam memprioritaskan hilirisasi industri di dalam negeri.
Baca Juga
Untuk diketahui, proyek baru PT MMP adalah smelter nikel kedua di Indonesia yang memproduksi nickel matte. Smelter nikel ini dijadwalkan melakukan commissioning pada 2025.
Rencana kapasitas produksi smelter nikel tersebut sebesar 27.000 MT nickel matte per tahun dan akan digunakan untuk menjadi bahan baku baterai.
"Hal ini membuktikan bahwa PMDN juga mampu hadir, membangun sebuah proyek industri smelter nikel yang begitu besar, bernilai puluhan triliun rupiah, untuk mendukung industri baterai listrik nasional," ujarnya.
Agus menuturkan, pihaknya akan mendukung dan memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha industri di dalam negeri. Dalam hal ini, Kemenperin akan mengawal PT MMP agar seluruh kegiatan dapat berjalan sesuai rencana.
Saat ini terdapat 38 smelter nikel stand alone yang telah beroperasi di bawah binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan nilai investasi mencapai US$15,8 miliar.
Dari 38 smelter tersebut, 35 di antaranya adalah smelter pyrometallurgy, sedangkan sisanya merupakan smelter hydrometallurgy dengan produk akhir MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Dengan bertambahnya smelter nikel yang dibangun PT MMP, investasi tersebut diyakini dapat mendorong hilirisasi industri dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.
Sebagai gambaran, peningkatan nilai tambah dari pengolahan bijih nikel menjadi nickel matte adalah 14 kali, bila menjadi nikel murni bahan baku baterai bisa mencapai 19 kali, dan bila menjadi prekursor akan mencapai 340 kali.
Pembangunan industri smelter dalam rangka program hilirisasi diharapkan dapat memberikan penyediaan bahan baku yang beragam serta dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor industri lainnya.