Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dan Singapura sepakat untuk meneken lebih lanjut kemitraan strategis investasi pabrik panel surya dan baterai penyimpanan hingga perjanjian ekspor listrik antar kedua negara.
Kesepakatan kerja sama tersebut ditandai dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dengan Second Minister for Trade and Industry Singapura Tan See Leng di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/8/2023).
Rencanannya, Singapura akan mengimpor listrik sekitar 2 gigawatt (GW) dari Indonesia atau 50 persen dari total kebutuhan sampai dengan 2035 atau 12 tahun mendatang.
Saat ini sudah terdapat beberapa perusahaan Indonesia dan luar negeri lainnya yang bergabung pada rencana perdangangan listrik tersebut. Secara keseluruhan lewat kesempatan investasi ini, perusahaan-perusahaaan itu akan membangun kapasitas panel surya hingga 11 GW dan penyimpanan baterai 21 GW di Indonesia.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), masing-masing berpartisipasi dalam kerja sama ini melalui PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru). Ketiganya juga telah menandatangani nota kesepahaman EBT dengan beberapa pabrikan manufaktur Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB).
Adapun, Medco Power Indonesia bersama Gallan Venture milik Grup Salim dan PacificLight Power, sejak tahun lalu dilaporkan sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 670 megawatt untuk menyediakan 100 megawatt listrik ke Singapura.
Baca Juga
Sejumlah pabrikan manufaktur yang bakal menjadi mitra ketiga emiten tersebut diantaranya PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan Rept Battero Energy Co.,Ltd.
Konglomerat di Balik Ekspor Listrik Bersih ke Singapura
1. Duet Trah Panigoro & Bos Grup Salim
Konsorsium Medco Power bersama dengan Gallant Venture milik Grup Salim telah mendapat conditional award dari otoritas energi Singapura atau Energy Market Authority (EMA) untuk ekspor listrik dengan kapasitas 600 megawatt (MW) dari Pulau Bulan.
MEDC saat ini dinahkodai oleh Hilmi Panigoro, adik mendiang sekaligus pendiri grup Arifin Panigoro. MEDC dikendalikan oleh PT Medco Data Abadi Lestari yang memiliki porsi saham 51,5 persen. Entitas itu yang menjadi representasi pengendalian trah Panigoro di raksasa migas, tambang tembaga hingga listrik ini.
Kendati demikian, struktur perusahaan MEDC juga ada nama lain yang cukup signifikan seperti Anthoni Salim, Bos Grup Salim. Anthoni Salim menggenggam saham MEDC lewat Diamond Bridge Pte Limited. Perusahaan cangkang ini, menurut kabar pasar, merupakan hasil kongsi Salim dengan Keluarga Panigoro.
Grup Salim, dengan porsi yang masih simpang siur, juga menggenggam sebagian saham produsen tambang tembaga terbesar ke-2 di Indonesia Amman Minerals, salah satu entitas anak MEDC.
Grup kendali keluarga Panigoro itu memiliki segmen bisnis utama tersebar dari lapangan migas, produksi listrik hingga konsesi tambang.
Pada 2022, pendapatan perusahaan dari segmen kontrak penjualan migas mencapai US$2,18 miliar. Angka itu merepresentasikan proporsi 94,61 persen terhadap total pendapatan konsolidasi MEDC di tahun yang sama, yang berada di level US$2,31 miliar.
Selain itu, lewat anak usahanya PT Medco Power Indonesia, MEDC turut memiliki dan mengoperasikan pembangkit listrik dengan total kapasitas lebih dari 3,3 GW di 15 lokasi di Indonesia termasuk Sarulla, pembangkit panas bumi terbesar di dunia dalam satu kontrak, Combined Cycle Power Plant di Riau dengan kapasitas 275 MW dan PV Proyek Tenaga Surya di Sumbawa sebesar 26,8 MWp.
Selain operasi yang ada saat ini, Medco Power sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan perkiraan kapasitas 2 x 55 MW di Blawan Ijen, Jawa Timur dan proyek pembangkit listrik tenaga surya PV di Bali sebesar 2 x 25 MWp.
Terlepas dari kepemilikan sebagian saham Anthoni Salim di MEDC, Bos Grup Salim itu juga akan berinvestasi lewat Gallant Venture Ltd perusahaan yang terdaftar di Singapura, berfokus pada pengembangan komersial dan peluang bisnis di Kepulauan Riau, Indonesia.
Sejak didirikan pada tahun 1990-an, Gallant Venture telah menjadi perencana utama terintegrasi dan pengembang terpadu untuk kawasan industri dan resor di Batam dan Bintan. Perusahaan milik Salim Grup ini juga mengembangkan, memiliki dan mengelola Batamindo Industrial Park di Batam dan Kawasan Industri Bintan di Bintan.
2. ADRO & Konglomerasi Boy Thohir
Selain konsorsium tersebut, beberapa perusahaan Indonesia yang turut ambil bagian ekspor listrik bersih ke Singapura di antaranya emiten PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) lewat Adaro Green dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) PT Energi Baru TBS.
Grup ADRO, emiten batu bara yang belakangan tengah gencar diversifikasi bisnis ke portofolio hijau, dimiliki oleh konglemerat Boy Thohir.
Boy Thohir turut memiliki saham atau terafiliasi dengan emiten lainnya seperti anak usaha ADRO, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang bergerak di sektor mineral logam, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) bergerak di sektor migas dan kimia, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) pada bidang sekuritas dan juga emiten teknologi PT GoTO Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Berdasarkan catatan Bisnis, emiten tambang batu bara ADRO pada 2022 mencatatkan rekor laba tertinggi, yakni US$2,49 miliar atau senilai Rp38,17 triliun pada 2022 (asumsi kurs Rp15.312 per dolar AS).
Selain itu, ADMR juga mencetak lonjakan lonjakan pendapatan dan laba dengan laporan pendapatan US$908,14 juta pada 2022 atau setara Rp14,18 triliun (estimasi kurs Rp15.625 per dolar AS). Pendapatan ADMR naik 97,34 persen dari sebelumnya US$460,17 juta.
Seluruh saham afiliasi Boy Thohir pada emiten lainnya turut mencatatkan kinerja positif sepanjang 2022.