Bisnis.com, JAKARTA -- Pengembangan artificial intelligence (AI) China dapat terdampak 'perang chip' yang melibatkan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu dengan Amerika Serikat.
Namun demikian, CEO Cloud and Smart Industries Group Tencent, Dowson Tong tetap optimistis bahwa kesenjangan tersebut tidak akan terlalu berdampak kepada pengembangan teknologi AI pada masa depan.
Dawson tidak menampik bahwa saat ini terdapat permintaan yang signifikan untuk graphic prossesing unit atau GPU karena adanya kesenjangan pasokan. Namun menurutnya hal itu dapat diatasi oleh para pelanggan dengan cara-cara kreatif, misalnya dengan meningkatkan kualitas dataset mereka.
"Pada saat ini, selain meluncurkan model dasar Hunyuan, Tencent merilis berbagai alat untuk membantu pelanggan mereka dalam meningkatkan kualitas data yang digunakan melatih model besar. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu yang diperlukan untuk melatih AI model besar untuk pelanggan," ujarnya dalam wawancara khusus di Kantor Pusat Tencent, Shenzen, China Rabu kemarin.
Dalam catatan Bisnis.com, isu perang chip mengemuka menyusul kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memperketat kebijakan eksportasi produk teknologi penopang AI. Kebijakan AS yang konservatif tersebut dikhawatirkan akan berdampak kepada perusahaan teknologi China yang sedang getol-getolnya berekspansi.
Sekadar gambaran, perusahaan China saat ini tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan AI berbasis teks dan grafis. Apalagi, pemerintah China juga telah mengizinkan pengembangan chatbot AI untuk kepentingan publik.
Baca Juga
Salah satu perusahaan yang sedang berekspansi ke pengembangan AI adalah Tencent. Raksasa teknologi asal China itu bahkan telah meluncurkan AI bernama 'Hunyuan' pada Tencent Global Digital Ecosystem Summit di Shenzhen, China, Kamis (7/9/2023).
Dowson menambahkan bahwa saat ini mereka terus berinovasi dalam pengembangan AI. Bagi Tencent, AI akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan cloud khususnya di bidang komputasi.
"Banyak perusahaan penyedia cloud, seperti Tencent menawarkan model besar seperti Hunyuan untuk aplikasi perusahaan," katanya.
Tencent mencatat bahwa pasar komputasi cloud global terus menjadi sumber pertumbuhan bagi Tencent Cloud. Bisnis internasionalnya saat ini mencakup Jepang, Korea Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan wilayah besar lainnya.
Tencent Cloud tercatat memiliki fasilitas pusat data di 26 wilayah, di lima benua dengan 70 zona ketersediaan, serta kapasitas penyimpanan sebesar exabyte.
Pada paruh pertama tahun 2023, misalnya, bisnis internasional Tencent membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit, dengan kinerja yang kuat terutama di Jepang, Singapura, Malaysia, Indonesia, Eropa, dan Timur Tengah.
Ekosistem Mitra Global Tencent Cloud – kekuatan pendorong utama bagi bisnis internasionalnya – kini memiliki 11.000 mitra, dengan pendapatan yang didorong oleh mitra tumbuh 66 persen dari tahun ke tahun pada pertengahan tahun 2023.