Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah tren industri game yang tengah menurun, induk dari game Valorant, Tencent justru membukukan laba positif, dengan pertumbuhan hingga 41 persen pada kuartal II/2023.
Dikutip dari Games World Observer, laba Tencent mencapai 26,2 miliar yuan atau sekitar Rp54,9 triliun dan pendapatannya mencapai 149,2 miliar yuan atau sekitar Rp313,1 triliun.
Pendapatan inipun naik sebanyak 11 persen dari tahun ke tahun.
Adapun pertumbuhan positif ini berasal dari pencapaian pendapatan game domestik dan internasional yang mencapai 30 persen dari keseluruhan pendapatan atau mencapai 44,5 miliar yuan.
Lebih lanjut, pertumbuhan ini tidak terlepas dari kinerja optimis dari game besutannya, Valorant, Goddess of Victory: Nikke, dan PUBG Mobile.
Tencent pun optimistis tren game domestiknya akan terus meningkat pada kuartal III/2023. Hal ini tak terlepas dari pengembangan game-game andalannya, Naruto Mobile, Arena Breakout, DnF, Valorant, dan Lost Ark.
Baca Juga
Di sisi lain, pendapatan raksasa game milik induk Shopee, Garena justru tercatat menurun 41,2 persen ke angka Rp8 triliun.
Dikutip dari Game World Observer, perusahaan yang ramai dengan game Free Fire ini juga mengalami penurunan operasional sekitar 35 persen secara tahunan ke angka US$296,4 juta atau hanya Rp4,5 triliun.
Memang perlu diakui memang pengguna game-game di bawah naungan Sea ini mengalami kenaikan hingga 10,8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan pengguna berbayar naik 14,6 persen sehingga mencapai angka 43,1 juta.
Namun, angka pemesanan yang dilakukan setiap pengguna aplikasi Garena berkurang hingga 38,2 persen secara tahunan. Alhasil, rata-rata pemesanan per pengguna hanya US$0,8 atau Rp12.256.
Sebagai informasi, industri game secara global sedang mengalami kesulitan pendanaan. Menurut laporan dari InvestGame, nilai investasi yang mengalir ke sektor ini turun hingga 90,5 persen.
Alhasil secara global nilai investasi yang dialokasikan kepada industri game hanya sebesar US$4,1 miliar atau senilai Rp62,8 triliun.
Selain itu, dana yang dikucurkan untuk merger dan akusisi juga mengalami penurunan hingga 31 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.