Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian percaya diri membidik produksi beras hingga 55,42 juta ton pada 2024. Meskipun risiko kekeringan di akhir tahun ini karena El Nino masih menghantui.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengaku optimistis target produksi beras tersebut dapat tercapai. Pasalnya, dia cukup yakin La Nina akan datang pasca fenomena El Nino berakhir.
"Kita kejar, optimis [produksi 55,42 juta ton]. Biasanya kalau habis El Nino itu La Nina, artinya agak basah," ujar Suwandi saat ditemui di gedung DPR, Senin (4/9/2023).
Dia menjelaskan petani perlu mempercepat penanaman sesaat setelah hujan mulai turun dan air tersedia dalam upaya mengejar target produksi jumbo itu. Tahun lalu, total produksi beras sebesar 31,54 juta ton, sehingga butuh peningkatan produksi hingga 75,7 persen untuk mencapai target 55,42 juta ton beras di tahun depan.
"[Produksi] lebih di atas kebutuhan konsumsi biasanya," tuturnya.
Dia pun meyakinkan akan terus memantau data curah hujan berdasarkan rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal itu dilakukan sebagai upaya memastikan penanaman dan panen raya tidak molor.
Baca Juga
"Begitu ada curah hujan, ada air kita kejar tanam skala besar," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR-RI menyebut rancangan pagu anggaran Kementan tahun depan sebesar Rp14,66 triliun. Selain menargetkan peningkatan produksi beras, lewat anggaran itu Kementan juga menargetkan produksi jagung sebesar 23,34 juta ton dan kedelai 340.000 ton.
Secara rinci, pagu anggaran Kementan 2024 bakal dialokasikan untuk program ketersediaan akses dan konsumsi pangan berkualitas sebesar Rp8,4 triliun; program nilai tambah dan daya saing industri Rp1,35 triliun; program pendidikan dan pelatihan vokasi Rp606 miliar; dan program dukungan manajemen Rp4,2 triliun.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan tantangan saat ini yang mengerek harga gabah dan beras adalah minimnya produksi.Kerangka sampel area (KSA) yang diolah Bapanas menunjukkan bahwa produksi beras Januari - Oktober 2023 lebih rendah 660.000 ton dibandingkan periode yang sama di 2022. Di sisi lain, konsumsi beras pada Januari - Oktober 2023 sebanyak 25,44 juta ton juga tercatat lebih tinggi 1,15 persen dari 2022 sebanyak 25,15 juta ton.
Melihat proyeksi data produksi dan konsumsi tersebut, Indonesia dianggap sulit mengikuti jejak Vietnam dan Thailand yang sukses mengekspor berasnya ke berbagai negara. Pasalnya, negara-negara tetangga tersebut memiliki jumlah penduduk tidak sebanyak Indonesia. Membuat selisih antara produksi dan konsumsi berasnya sangat besar dan berpotensi diekspor.
"Sekarang tantangannya itu bukan di penggiling padinya, tetapi ada di produksi," tutur Arief.