Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Merger Maskapai BUMN, Erick Thohir: Tidak akan Saling 'Kanibal'

Menteri BUMN Erick Thohir, menjamin Garuda Indonesia (GIAA), Citilink dan Pelita Air tidak akan saling kanibal setelah merger.
Wamen BUMN II Rosan Perkasa Roeslani, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Wamen BUMN I Kartika Wijoatmodjo di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Kamis (31/8/2023) - BISNIS/Lorenzo Anugrah Mahardika
Wamen BUMN II Rosan Perkasa Roeslani, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Wamen BUMN I Kartika Wijoatmodjo di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Kamis (31/8/2023) - BISNIS/Lorenzo Anugrah Mahardika

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menjamin merger pada tiga maskapai penerbangan milik pemerintah tidak akan berdampak pada perubahan segmen pasar pada masing-masing perusahaan.

Erick menjelaskan, setelah merger tersebut selesai ketiga maskapai tersebut nantinya akan tetap melayani penumpang sesuai dengan target pasarnya. Dia memastikan Garuda Indonesia (GIAA), Citilink, dan Pelita Air tidak akan saling mengambil segmen pasar masing-masing.

Dia menjelaskan Garuda Indonesia akan melayani segmen pasar penumpang kelas premium. Kemudian, Pelita Air melayani pasar ekonomi premium, sedangkan Citilink akan melayani segmen low cost carrier (LCC).

“Jadi nanti antara ketiganya akan complementary, tidak saling mengkanibal,” kata Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Kamis (31/8/2023).

Adapun, salah satu tujuan merger ketiga maskapai tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia. Erick memaparkan, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan kondisi di AS.

Dia menuturkan, Negeri Paman Sam memiliki sekitar 330 juta penduduk dengan pendapatan domestik bruto (PDB) US$40.000 dilayani sebanyak 7.200 pesawat. Sementara itu, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia saat ini adalah sekitar 500 unit untuk melayani 280 juta orang dengan PDB US$4.700.

“Kalau kita ambil 10 persennya saja, berarti Indonesia harus punya 720 pesawat. Hari ini, pesawat di Indonesia ada sekitar 500 unit dan belum kembali ke level sebelum pandemi,” ujar Erick.

Dari total tersebut, jumlah armada pesawat maskapai pelat merah adalah sekitar 140 unit. Erick memperinci, Garuda Indonesia memiliki 60 pesawat yang beroperasi, sementara Citilink memiliki sekitar 50 armada. 

Kemudian, Pelita Air saat ini memiliki sebanyak 9 unit pesawat yang kedepannya akan ditingkatkan menjadi sekitar 20 unit.

Sebelumnya, pemerhati penerbangan Alvin Lie menilai, rencana merger antara tiga maskapai BUMN tersebut akan berdampak pada pengelolaan perusahaan yang lamban dan sulit bersaing dengan pemain lain di industri penerbangan. 

Dia mengatakan, perusahaan seperti Garuda Indonesia yang terbilang sudah cukup besar akan semakin masif jika dimerger dengan Citilink dan Pelita Air. 

“Organisasi bisnis yang besar itu tidak akan gesit dan lamban dalam merespons dinamika persaingan industri,” jelas Alvin.

Selain itu, Alvin juga mempertanyakan nasib para kreditur Garuda Indonesia. Pasalnya, GIAA juga baru saja menyepakati komitmen restrukturisasi penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dengan para kreditur berjangka waktu 20 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper