Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan masih minimnya UMKM Indonesia yang terhubung dalam rantai pasok industri, angkanya baru sekitar 7 persen. Sementara, UMKM yang sudah masuk dalam rantai pasok global lebih kecil lagi yakni hanya 4,1 persen.
Teten menyebut, posisi Indonesia masih kalah dari negara tetangga, yaitu Vietnam dalam hal persentase jumlah UMKM yang masuk dalam rantai pasok global. Persentase UMKM di Vietnam yang sudah masuk dalam rantai pasok global mencapai 24 persen, meskipun negara itu tergolong baru menuju modernisasi.
"Namun, Indonesia masih berkutat di teknologi rendah. Hal semacam ini yang harus kita ubah bersama," kata Teten dalam keterangan resmi, Senin (21/8/2023).
Adapun berdasarkan data KemenKop UKM pada 2019, terdapat kurang lebih 64 juta unit Usaha Mikro (99,9 persen dari total populasi usaha) telah berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Secara rinci antara lain, kontribusi terhadap PDB (61,07 persen), tenaga kerja (96,9 persen), ekspor nonmigas (14,4 persen), investasi UMKM nasional (60 persen), kemitraan UMK dan UMB (7 persen), dan rasio kewirausahaan Nasional (3,47 persen).
Teten mengeklaim berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kelas UMKM. Di antaranya seperti mempermudah perizinan usaha pelaku UMKM, sertifikat halal hingga pembiayaan usaha.
Lebih lanjut, dia menekankan, kolaborasi melalui pola kemitraan menjadi kunci utama dalam pemberdayaan UMKM agar naik kelas.
Baca Juga
Di sisi lain, pelaku UMKM juga terus didorong untuk menghasilkan produk sesuai kebutuhan bisnis skala besar. Menurutnya, peran industri besar menjadi penting dalam memberikan dukungan berupa transfer teknologi kepada UMKM.
"Jadi ke depan, pelaku UMKM tidak selalu menjadi produsen barang jadi, namun dapat menjadi pemasok kebutuhan industri besar," tutur Teten.