Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut tingkat keterangkutan MRT Jakarta dinilai belum optimal
Dia menyebut tingkat okupansi atau keterisian MRT Jakarta belum maksimal sejak mulai dioperasikan pada 2019 lalu.
“MRT itu harusnya bisa 180.000 penumpang per hari, sekarang baru sekitar 80.000 orang,” jelas Budi Karya saat memberikan keterangan pers usai Ratas Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek, dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden pada Senin (14/8/2023).
Menurutnya, hal itu ditenggarai integrasi antarmoda yang belum berjalan maksimal dan masyarakat yang masih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Budi menjelaskan, pemerintah terus mengimbau kepada masyarakat untuk beralih menggunakan angkutan massal perkotaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi tingkat kemacetan dan juga polusi udara, terutama di wilayah Jabodetabek.
Budi menuturkan kawasan Jabodetabek sudah didukung oleh sejumlah fasilitas angkutan massal, seperti MRT Jakarta, bus rapid transit (BRT), LRT Jabodebek dan lainnya.
Baca Juga
Namun, Dia mengatakan, salah satu hal yang harus dibenahi adalah integrasi antarmoda pada MRT. Menurutnya, mekanisme integrasi multimoda ini perlu diperbaiki mulai dari first mile hingga ke last mile.
Selain itu, seluruh pihak terkait juga perlu berkolaborasi untuk meningkatkan minat masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi publik dari sebelumnya kendaraan pribadi.
Budi Karya juga menyoroti adanya kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dan pembagian jam masuk kerja yang diberlakukan di wilayah DKI Jakarta. Menurutnya, hal ini dapat mengurangi tingkat kepadatan moda transportasi umum pada jam-jam sibuk.
“Karena kalau kita lihat angkutan massal seperti MRT atau BRT itu jam-jam sibuk selalu penuh, tetapi saat jam 10 atau jam 11 itu kurang. Jadi, kalau ada pembagian jam masuk ditambah kebijakan WFH berarti kapasitas dari angkutan massal perkotaan ini naik,” imbuhnya.