Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan Siemens AG, group perusahaan teknik asal Jerman dilaporkan menurun pada kuartal II/2023, namun memperkirakan adanya normalisasi dalam permintaan terutama di China.
Mengutip Reuters, Kamis (10/8/2023) produsen kereta api dan otomasi pabrik ini membukukan laba industri yang menurun sebesar 4 persen, menjadi 2,75 miliar euro atau sekitar Rp45,9 triliun selama tiga bulan hingga akhir Juni 2023 atau kuartal II/2023.
Perolehan pendapatan tersebut diketahui meleset dari perkiraan analis, yang membukukan laba industri sebesar 2,90 miliar euro dalam konsensus yang dikumpulkan oleh perusahaan.
Perusahaan sendiri mempertahankan prospek tingkat grupnya untuk tahun ini hingga akhir September 2023. Namun, perusahaan menurunkan ekspektasi untuk bisnis industri digital, yang memasok pabrik-pabrik dengan pengontrol.
Divisi bisnis industri digital yang dianggap sebagai permata dalam ‘mahkota Siemens’, mengharapkan pertumbuhan pendapatan yang sebanding sebesar 13-15 persen, turun dari 17-20 persen yang diharapkan sebelumnya.
"Kami telah melihat normalisasi permintaan, terutama di Cina dan dalam bisnis siklus pendek," jelas Chief Executive Roland Busch, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/8/2023).
Baca Juga
Penerimaan pesanan di industri digital menurun 37 persen di kuartal tersebut, terutama di bisnis otomasi pabrik siklus pendek.
Busch juga mengatakan bahwa pesanan menurun di semua wilayah, terutama di China. China sendiri merupakan pasar terbesar ketiga Siemens.
Namun, divisi ini tetap meningkatan pendapatan dan labanya, karena berhasil menyelesaikan pesanannya yang sangat besar.
Divisi tersebut juga mendapat manfaat dari pemanfaatan kapasitas yang lebih tinggi di pabrik-pabriknya sendiri, dan mampu menjual produk yang lebih menguntungkan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (10/8) Siemens juga melaporkan kerugian pada saham pembuat turbin, dengan terpukul oleh penjualan 25,1 persen sahamnya di Siemens Energy.
Mantan unit pembangkit listriknya baru-baru ini mengumumkan bahwa kerugian bersih tahunannya akan meningkat empat kali lipat karena mereka harus memperbaiki kerusakan pada turbin anginnya.