Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Mahal, Mustahil Turun Lagi?

AEPI menilai penurunan harga untuk kembali seperti tahun lalu merupakan hal yang mustahil. 
Beras impor dari Vietnam sebanyak 5.000 ton tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022) / BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.
Beras impor dari Vietnam sebanyak 5.000 ton tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022) / BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai mayoritas harga pangan tahun ini cenderung lebih tinggi dari tahun lalu. Bahkan, penurunan harga untuk kembali seperti tahun lalu dianggap mustahil. 

"Memang masyarakat maunya tidak ada kenaikan harga. Bahkan, kalau bisa harganya justru turun. Tetapi itu mustahil," ujar Khudori saat dihubungi Selasa (8/8/2023).

Menurut dia, harga pangan saat ini merupakan keseimbangan baru. Hal itu seiring dengan struktur biaya produksi yang telah berubah.

"Konkritnya, ongkos produksi naik, kalau harga [pangan] tidak naik, produsen bisa gulung tikar," tuturnya.

Adapun data panel harga Bapanas menunjukkan harga komoditas pangan yang cenderung tinggi sepanjang tahun ini antara lain beras, telur ayam dan jagung pakan.

Rata-rata nasional harga telur ayam ras per 8 Agustus 2023 sebesar Rp30.700 per kilogram. Harga tersebut telah melampaui harga acuan penjualan (HAP) telur ayam ras di tingkat konsumen berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.5/2022 sebesar Rp27.000 per kilogram.

Adapun harga jagung pakan di tingkat peternak terpantau di Rp6.300 per kilogram lebih tinggi 26 persen dari HAP sebesar Rp5.000 per kilogram. 

Begitu pun harga beras medium terpantau di angka Rp11.970 per kilogram. Harga tersebut melampaui harga eceran tertinggi (HET) beras medium di berbagai zona yang diatur dalam Perbadan No.7/2023.

Khudori menilai penyesuaian HAP maupun HET oleh pemerintah perlu dilakukan apabila struktur produksi telah naik drastis. Meskipun penetapan HAP dirasa baru dilakukan Bapanas sebulan pasca-kenaikana harga bahan bakar minyak (BBM) pada September 2022 dan HET pada akhir Maret 2023.

"Pemerintah lewat Bapanas mau tidak mau harus melakukan penyesuaian [HAP dan HET]," kata Khudori. 

Sebelumnya, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengakui bahwa kenaikan harga sejumlah komoditas pangan terjadi lantaran adanya biaya produksi yang meningkat.

Misalnya saja, kata Arief, untuk memproduksi telur ayam maka peternak harus menghadapi biaya yang tinggi untuk pakan, day old chick (DOC/bibit ayam), tenaga kerja, hingga biaya pengiriman.

Menurutnya, selama ini Bapanas fokus meningkatkan keberlanjutan usaha para produsen pangan dalam hal ini menjaga harga yang baik di tingkat produsen (peternak dan petani). Alih-alih hanya menekan harga tetap rendah di tingkat konsumen. 

"Sebegitu orang memandang rendah peternak kita, maunya murah terus. Kok tega sama peternak kita?," ujar Arief.

Meskipun peninjauan HAP dan HET sejumlah komoditas pangan dirasa perlu dilakukan, Arief memastikan penyesuaian tidak akan dilakukan pemerintah dalam waktu dekat. 

"Kalau kita penyesuaian sekarang itu enggak benar. Makanya yang kita kerjakan saat ini stabilisasi. Biarin peternak menikmati dulu, belum perlu [revisi HAP dan HET), nanti ada waktunya," ucap Arief.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper