Bisnis.com, JAKARTA - Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dinilai perlu dukungan selain akses permodalan agar bisa naik kelas dan menembus pasar global.
Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengatakan saat ini UMKM menghadapi masalah yang disebutnya 3L, yaitu lemah modal, lemah akses pasar, dan lemah dalam informasi. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, perbankan, hingga diaspora dalam membuka akses pasar ekspor.
Saat ini, pemerintah telah memberikan sejumlah kemudahan bagi UMKM dalam mengakses permodalan, seperti program kredit usaha rakyat (KUR) dengan persyaratan dan tingkat bunga yang lebih rendah.
"Namun, untuk bisa membawa UMKM naik kelas dan go global, perlu adanya terobosan riil yang lebih dari dukungan pada akses permodalan. Pelaku UMKM sangat perlu diedukasi," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (4/8/2023).
Menurutnya, banyak sekali potensi yang bisa ditangkap oleh UMKM di pasar global. Terlebih jumlah UMKM di Indonesia sangat besar, sekitar 64,2 juta atau 99 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.
Namun, kontribusi ekspor UMKM masih berada pada level 15,69 persen pada 2021, lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Singapura dan Thailand yang mencatatkan kontribusi sebesar 41 persen.
Baca Juga
Gus Irawan pun menyebutkan diaspora Indonesia yang besar sangat bisa dioptimalkan untuk membantu UMKM go global. Apalagi diaspora memiliki informasi potensi pasar di negara yang mereka tinggali.
Dia pun mengapresiasi salah satu program bank milik negara, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) yang merangkul diaspora dalam memberikan dukungan pengembangan usaha UMKM.
"Di BNI ada program UMKM kerja sama dengan diaspora, ini bagus. Saya berharap diaspora bisa membawa akses dan informasi potensi UMKM apa saja di negara para diaspora berada."
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima menilai BNI melalui program Xpora telah melakukan satu langkah menarik usai pandemi Covid-19 dengan melakukan pembinaan terhadap kualitas produk UMKM ekspor.
Menurutnya, dengan memanfaatkan jejaring diaspora dapat meminimalkan biaya untuk promosi, sekaligus membuka akses pasar dengan size ekonomi yang lebih luas.
Terlebih, BNI Xpora juga melakukan komunikasi jejaring diaspora Indonesia di berbagai negara, sehingga pelaku UMKM dapat mengetahui produk yang diminati di pasar negara-negara diaspora berada.
"BNI Xpora telah melakukan terobosan untuk masuk di dalam think global, dengan memberikan add local, mendukung bagaimana daerah ini tidak hanya meng-Indonesia, tetapi juga mengglobal.”
Sementara itu, Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menilai diaspora memiliki channel dan komunitas yang baik. Hal ini tentu berperan penting sebagai perantara dalam hal penyaluran produk UMKM asal Indonesia.
Saat ini, BNI memiliki kantor cabang luar negeri (KCLN) di 7 negara yang telah tersebar di berbagai kota besar mulai dari London, New York, hingga Hong Kong yang menjadi basis business matching bagi UMKM dan diaspora.
KCLN BNI berperan dalam menciptakan akses untuk eksportir Indonesia ke pembelian luar negeri, menawarkan solusi keuangan ke diaspora untuk scale up, dan berkolaborasi dengan asosiasi untuk mempromosikan produk Indonesia.
"KCLN BNI juga memberikan edukasi mengenai pasar luar negeri, potensi ekspor, dan tentunya prosedur ekspor di masing-masing wilayah," kata Okki.
Sementara itu, dalam membantu UMKM menembus pasar global, BNI mengandalkan program Xpora, yang merupakan one stop shopping solution untuk pelaku usaha UMKM yang ingin mengembangkan bisnisnya menuju UMKM Go Productive, Go Digital & Go Global.