Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melihat ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 sulit menyentuh level pertumbuhan 5 persen.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyampaikan kondisi ekonomi RI, baik domestik maupun ekspor impor, dalam tiga bulan terakhir memang cukup berat.
“Kalau kemarin [kuartal I/2023] sudah tumbuh 5,03 persen, saya yakin kuartal II/2023 di bawah 5 persen. Kami yakin di rentang 4,8 persen – 5 persen,” ujarnya, Minggu (6/8/2023).
Konsumsi rumah tangga yang menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia pun diproyeksi akan sulit tumbuh menyentuh angka 5 persen pada kuartal ini, sekali pun terdapat momen Ramadan dan Lebaran.
Meski momen tersebut memang mampu mendongkrak konsumsi, tetapi belum dapat mendorong tinggi ekonomi.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2023 tumbuh 4,54 persen (year-on-year/yoy). Berhasil tumbuh 0,06 persen dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 4,48 persen (yoy).
“Konsumsi itu menyumbang 57 persen - 59 persen terhadap PDB. Kalau lihat data kemarin, konsumsi berada pada level 4,5 persen, bahkan menurut saya berat kalau dia sampai 5 persen,” tambahnya.
Meski demikian, kinerja perekonomian Indonesia masih cukup baik pada investasi dan ekspor. Tauhid melihat ekspor masih akan menjadi penopang ekonomi Indonesia, walaupun trennya melambat.
Sejauh ini, ekspor masih mencatatkan kinerja surplus selama 38 bulan berturut-turut. Terakhir pada Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar.
Neraca perdagangan Indonesia Juni 2023 mengalami surplus US$3,45 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$4,41 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$0,96 miliar. Sementara akumulasi total surplus sepanjang Januari – Juni 2023 mencapai US$19,92 miliar.
Di sisi lain, Tauhid juga menyampaikan bahwa konsumsi pemerintah pun tercatat masih rendah pada kuartal II/2023. Umumnya, pemerintah baru masif belanja menjelang akhir tahun.
“Konsumsi pemerintah belum normal, masih di bawah 5 persen karena kuartal II/2023 belum terpacu belanjanya, biasanya baru pada kuartal III. Jadi, saya lihat memang belum bisa mendorong [ekonomi ke 5 persen],” tuturnya.
Sebagai informasi, BPS akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestik bruto/PDB) kuartal II/2023 pada Senin, (7/8/2023) pukul 11.00 WIB.