Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berencana untuk mempercepat perundingan Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) agar Indonesia terbebas dari bea masuk, sekaligus mengungguli Vietnam dalam nilai ekspor alas kaki.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, perundingan tersebut harus diselesaikan paling lambat Desember 2023 agar dalam 2 hingga 3 tahun ke depan, nilai ekspor alas kaki Indonesia dapat mengungguli Vietnam.
“Selama ini, Indonesia kalah dari Vietnam. Sekarang dia rangking 1 kita rangking 3 atau 4, ini kita harus rebut kembali,” kata Zulhas kepada awak media di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jumat (4/8/2023).
Zulhas mengungkapkan Vietnam sukses mengungguli Indonesia lantaran Negara Naga Biru itu sudah memiliki perjanjian dagang dengan Uni Eropa sehingga tidak dikenakan tarif masuk. Sedangkan Indonesia, masih dikenakan tarif masuk 9 persen untuk produk alas kaki.
“Ini yang harus kita kejar karena dulu sebetulnya kita kalah akal aja dari mereka,” ujarnya.
Perundingan IEU-CEPA sendiri sudah berlangsung selama 8 tahun dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan agar perundingan ini dapat selesai di akhir 2023. Sehingga pemerintah berencana untuk membuka belanja pemerintah dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sesuai dengan permintaan Uni Eropa.
Baca Juga
Menurut World Footwear 2023, dikutip Jumat (4/8/2023) Indonesia masuk dalam lima besar eksportir alas kaki terbesar di dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga dengan share 3,5 persen dari total ekspor atau setara 535 juta pasang sepatu yang diekspor pada 2022.
Satu peringkat di atas Indonesia atau posisi kedua ditempati oleh Vietnam dengan share 9,9 persen dari total ekspor atau setara 1.505 juta pasang sepatu yang diekspor pada 2022.
China berada di posisi pertama dengan share lebih dari 60 persen dari total ekspor atau setara 9,308 juta pasang sepatu yang diekspor. Kendati demikian, produksinya menurun lebih dari 10 poin persentase selama dekade terakhir.
Sementara itu, Vietnam menjadi mendapatkan keuntungan dari pengurangan China, yang secara signifikan meningkatkan bagiannya sendiri dari 2 persen menjadi hampir 10 persen.