Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan lapangan kerja AS diperkirakan melambat lebih lanjut pada Juli 2023, namun mempertahankan momentum yang cukup untuk melindungi ekonomi dari resesi karena naiknya suku bunga bank sentral AS (The Fed).
Laporan data tenaga kerja nonfarm payroll (NFP) yang diawasi ketat oleh Departemen Tenaga Kerja pada Jumat (4/8/2023) diperkirakan menunjukan pasar tenaga kerja yang ketat, dengan tingkat pengangguran yang stabil, meskipun pertumbuhan upah mungkin melandai.
Data tersebut kemudian akan mengikuti data bulan lalu, menunjukan belanja konsumen yang tangguh dan kenaikan inflasi tahunan yang melambat tajam pada Juni 2023.
Ekonom yang telah lama memperkirakan terjadinya resesi pada kuartal IV/2023, semakin yakin skenario soft landing yang dibayangkan oleh The Fed, sekarang mungkin terjadi.
"Ada tanda-tanda bahwa permintaan tenaga kerja melambat, tetapi tidak seperti jatuh dari tebing," ucap ekonom senior di Wells Fargo di Charlotte, Carolina Utara, Sam Bullard, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/8)
Bullard juga mengatakan bahwa jika data NFP mencapai sekitar 200.000, maka akan menambah bukti bahwa The Fed merekayasa soft landing.
Baca Juga
Menurut survei Reuters terhadap 80 ekonom, NFP diperkirakan meningkat sebanyak 200.000 pekerjaan pada Juli 2023, setelah naik 209.000 pada Juni 2023. Kenaikan ini menjadi kenaikan terkecil sejak Desember 2020.
Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan mencapai dua kali lipat dari sekitar 100 pekerjaan per bulannya, yang dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan populasi usia kerja.
Perusahaan-perusahaan juga menimbun pekerja setelah kesulitan mencari tenaga kerja selama pandemi. Lapangan kerja di beberapa bidang, contohnya seperti rekreasi dan perhotelan, masih berada di bawah tingkat sebelum pandemi.
Pendidikan pemerintah daerah juga mengalami percepatan pensiun, sehingga meningkatkan perekrutan guru dan tenaga pendukung.
Para ekonom juga tidak melihat adanya dampak dari gelombang panas, yang menyelimuti sebagian besar wilayah di bulan Juli 2023.
"Meskipun cuaca panas yang ekstrim mungkin telah menunda beberapa proyek konstruksi dan menunda kegiatan-kegiatan rekreasi tertentu, sejarah menunjukkan bahwa gelombang panas hanya berdampak kecil pada perekrutan tenaga kerja atau jam kerja," ujar kepala ekonom BNP Paribas di New York, Carl Riccadonna.
Sebaliknya, Riccadonna mengatakan bahwa gangguan cuaca buruk cenderung terjadi selama musim dingin dan sekitar musim badai.