Bisnis.com, JAKARTA - Master of Business Administration, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (MBA FEB UGM) menggelar simposium sumber daya manusia dengan tema “Towards the Digital and Sustainable Future: Human Capital Imperatives”.
Dalam simposium tersebut dibahas mendalam berbagai imperatif yang dihadapi oleh perusahaan dalam menghadapi era digital dan keberlanjutan (sustainability).
Direktur Program Studi MM FEB UGM Kampus Jakarta, Eduardus Tandelilin mengatakan, meskipun era digitalisasi tumbuh pesat dalam beberapa dekade terakhir, digitalisasi telah merevolusi jenis pekerjaan dan cara hidup baru. Revolusi tersebut mendorong manusia untuk beradaptasi mengembangkan keahlian baru di tengah gempuran digital.
"Human capital atau sumber daya manusia [SDM] menjadi sangat krusial di tengah perubahan ini," kata Eduardus dalam pembukaan Simposium Master of Business Administration, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (MBA FEB UGM) di Hotel JS Luwansa, Kamis (3/8/2023).
Menurut dia, keberadaan manusia tetap menjadi kunci di balik pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), robot hingga Internet of Things (IoT) saat ini.
Namun, lanjut dia, di balik semua teknologi digital tersebut terdapat peran manusia, pekerja, pelaku bisnis, peneliti dan lainnya yang memberdayakan dan mengarahkan perubahan tersebut. Oleh karena itu, Eduardus menekankan pengembangan dan peningatan human capital harus menjadi fokus utama pemerintah, pengusaha dan stakeholder lainnya.
Baca Juga
"Karena SDM ini bukan hanya tentang menjadi lebih digital, tetapi juga tentang menjadi lebih berkelanjutan," tuturnya.
Wakil rektor bidang SDM dan Keuangan UGM, Supriyadi memandang bahwa sumberdaya manusia sebenarnya bukan sekadar modal kerja bagi pelaku usaha. Namun, menurut dia sumber daya manusia juga harus ditempatkan sebagai titik pusat pengembangan dari bisnis dan ekonomi.
"Kita perlu memberikan perhatian lebih pada nilai-nilai kemanusian, mendukung pertumbuhan individu dan membangun pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan dalam dunia usaha," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah menyebut bonus demografi Indonesia menjadi salah satu berkah yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan talenta digital. Penduduk usia produktif hingga tahun 2035 disebut akan jauh lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.
Indonesia pada 2035, kata Ida akan menjadi negara dengan angkatan kerja terbanyak di kawasan Asia Tenggara dan menjadi salah satu yang terbesar di Asia. Oleh karena itu, Ida menekankan bonus demografi harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi beban.
"Hanya sedikit negara yang dapat anugerah bonus demografi, hal ini harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan perekonomian kita, berkontribusi untuk memperkuat Indonesia Emas di tahun 2045," ujat Ida.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani dalam pengukuhan anggota pengurus Apindo 2023-2028, Senin (31/7/2023) menuturkan bahwa industri 4.0 telah mentransformasi tatanan pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja masa depan. Shinta menyebut laporan Future of Jobs Report dari World Economic Forum memprediksi 85 juta pekerjaan akan tergantikan mesin.
Kendati demikian, diperkirakan ada 97 juta pekerjaan baru yang muncul dengan tren baru seperti digitalisasi ekonomi. Oleh karena itu, Shinta berujar bahwa beban demografi hanya bisa diubah menjadi bonus demografi jika tingkat produktivitas, pendidikan, dan keterampilan kelompok usia produktif Indonesia menjadi lebih tinggi pada periode 2020-2035.