Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa saat ini Indonesia memiliki kelebihan pasokan atau overstock beras hingga 2,7 juta ton.
Airlangga menyampaikan Indonesia patut bersyukur adanya pasokan beras tersebut, mengingat saat ini tengah dalam kondisi menghadapi El Nino atau musim kering.
“Kita bersyukur berdasarkan data dari Kementerian Pertanian sampai dengan September nanti kita masih punya overstock di atas 2,7 juta ton,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Instagram @airlanggahartarto_official, Kamis (3/8/2023).
Meski demikian, nyatanya Indonesia masih melakukan impor beras tersebut hingga 2 juta ton sepanjang 2023.
Pasalnya, Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) yang mendapat mandat untuk impor tersebut melaporkan beras dari luar negeri yang telah masuk ke Indonesia sepanjang tahun ini mencapai 879.167 ton hingga Juli 2023.
Pada impor tahap satu, Perum Bulog menerima sekitar 500.000 ton beras berasal dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan India.
Baca Juga
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyampaikan beras yang masuk pada tahap dua sejumlah 300.000 ton ini berasal dari Vietnam, Thailand, dan Pakistan, dengan porsi terbanyak berasal dari Vietnam dan Thailand.
Pada tahap dua ini, lanjutnya, tidak ada beras yang datang dari India.
“Sudah hampir selesai [realisasi tahap dua]. [Beras impor yang masuk] tahap kedua dari Vietnam, Thailand, dan Pakistan,” kata Iqbal kepada Bisnis, Kamis (20/7/2023).
Bulog memproyeksikan impor beras pada periode Juli - Desember 2023 sebanyak 1,56 juta ton. Alhasil, estimasi total impor beras sepanjang 2023 mencapai 2,43 juta ton.
Tahun lalu, pemerintah juga merealisasikan impor beras untuk mejaga cadangan beras pemerintah (CBP) di level 1,2 juta ton.
Kenapa RI Masih Impor Beras?
Lebih lanjut, Perum Bulog mengungkapkan bahwa kebutuhan impor tersebut untuk mengamankan pasokan dalam negeri dan menjaga harga beras.
Mengingat, adanya penugasan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyalurkan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras sebanyak 640.500 ton untuk 21,35 juta keluarga penerima manfaat
"Jika program ini [bansos beras tahap II] jadi dilaksanakan, artinya Perum Bulog akan merealisasikan penugasan impor untuk menjaga ketersediaan akhir tahun stok Bulog di level 1,2 juta ton," ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang ditayangkan secara virtual, Senin (17/7/2023).
Jokowi bahkan telah meminta tambahan anggaran kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk melanjutkan pemberian bansos pangan berupa beras periode Oktober hingga Desember 2023.
Hal tersebut guna menjaga daya beli masyarakat dan menstabilkan kondisi inflasi pangan di Indonesia yang sudah semakin menurun. Terlebih, saat ini banyak guncangan ekonomi dari global.
Tekanan inflasi tahunan komponen harga bergejolak pun terus menurun dalam beberapa bulan terakhir hingga mengalami deflasi pada Juli 2023 sebesar 0,03 persen (year-on-year). Meski beras masih tercatat menyumbang inflasi tahunan, sementara secara bulanan, beras tidak lagi menyumbangkan inflasi.
“Bapak Presiden telah meminta untuk kami menambah lagi bantuan pangan untuk masyarakat kelompok miskin. Jadi nanti pada Oktober hinga Desember kami akan menambahkan Rp8 trilliun,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (24/7/2023).
Pada Juli 2023, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 3,08 persen (yoy). Capaian tersebut telah mendekati target pemerintah di rentang 3,0±1 persen.
Di sisi lain, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori berharap dengan adanya cadangan impor dapat memastikan ketersediaan beras di tengah ancaman El Nino.
“Jika El Nino berdampak serius, kuota impor 2 juta ton ini sebenarnya cukup sebagai antisipasi jika semuanya bisa dieksekusi. Akan tetapi, sejak 2022 terlihat tidak mudah mengimpor beras,” tuturnya beberapa waktu lalu.
India Setop Impor Beras
India resmi menghentikan ekspor beras non basmati pada Kamis (20/7/2023). Pemerintah India menyebut, kebijakan ini diberlakukan untuk memastikan ketersediaan beras non basmati di dalam negeri dan menahan kenaikan harga di pasar domestik akibat perubahan iklim.
Beras Basmati adalah beras yang tampilan bijinya panjang dan ramping. Jenis ini digunakan oleh masyarakat India sebagai nasi kebuli. Hanya jenis beras ini yang masih diizinkan oleh pemerintah India untuk diekspor.
“Untuk memastikan ketersediaan beras putih non basmati yang memadai di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor,” kata Kementerian Pangan India dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters, Jumat (21/7/2023).
Untungnya, seperti dituturkan Mendag Zulkifli Hasan, Indonesia sudah menjalin kontrak 1 juta ton beras dengan India, di tengah kabar India bakal menyetop ekspor beras nonbasmati.
Zulkifli Hasan optimistis Indonesia akan masih kebagian jatah dari India di tengah kabar tersebut. Dirinya mengatakan bahwa Pemerintah India dan Pemerintah Indonesia sudah berkomitmen untuk melakukan kerja sama pasokan beras yang kini tinggal finalisasi.
“Ya, kita sudah MoU kerja sama, cuma belum final,” ujarnya, Minggu (30/7/2023).