Bisnis.com, TANGERANG — Emiten subholding gas Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN memastikan tidak ada rencana baru untuk mengakuisisi lapangan gas pada sisi bisnis hulu perseroan saat ini.
Direktur Utama PGAS Arief Setiawan Handoko mengatakan keputusan itu diambil setelah perseroan diminta untuk fokus membenahi portofolio pada sisi bisnis midstream hingga hilir gas di dalam negeri.
“Kita tidak [akuisisi lapangan lagi], kita sudah dapat pesan kok, kita ini di downstream ya, ditanya-tanya kenapa masih punya upstream,” kata Arief saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Rabu (26/7/2023).
Kendati demikian, Arief mengatakan, akuisisi beberapa lapangan gas sebelumnya bertujuan untuk menjaga keberlanjutan pasokan di sisi hulu perseroan. Dia mengatakan PGN bakal berfokus untuk meningkatkan investasi pada sisi midstream dan hilir untuk kinerja tahun ini dan berikutnya.
“Sebetulnya kan untuk menjaga sustainability dari upstream ya, coba berdiri sendiri lah” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, PGN belakangan menghentikan rencana investasi pada pembangunan sejumlah proyek penunjang infrastruktur gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang sempat menjadi prioritas program hilir minyak dan gas (migas) 2022.
Baca Juga
Pembatalan sejumlah proyek itu disebabkan karena minimnya permintaan LNG di sisi hilir, kendati produksi gas di beberapa lapangan cenderung mengalami pertumbuhan yang signifikan beberapa tahun terakhir. Konsekuensinya, proyek yang tidak ekonomis itu tidak dilanjutkan pada tahun ini.
Berdasarkan Laporan Kinerja 2022 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, realisasi investasi hilir migas sepanjang tahun lalu hanya sebesar US$1,58 miliar atau setara dengan Rp23,92 trilliun (asumsi kurs Rp15.158 per US$). Torehan investasi hilir itu baru mencapai 41,61 persen dari prognosa yang dipatok sebesar US$3,79 miliar atau setara dengan Rp57,39 triliun.
Rendahnya realisasi investasi hilir migas itu disebabkan karena pembatalan beberapa proyek penunjang LNG dari PGAS, seperti pembangunan fasilitas Onshore Storage Tank LNG Jawa Timur, pembangunan Terminal Regasifikasi LNG Cilacap, dan proyek Penyaluran LNG ke Kilang PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI), Tuban.
“Ketiga proyek PGN tersebut tidak masuk dalam rencana untuk dilanjutkan di tahun 2023,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji kepada Bisnis.com belum lama ini.
Tutuka menuturkan, batalnya investasi pada proyek Fasilitas Onshore Storage Tank LNG Jawa Timur itu disebabkan karena masih terdapat restrukturisasi skema bisnis setelah terdampak pandemi 2 tahun belakangan. Selain itu, permintaan yang susut di sisi hilir industri Jawa Timur turut memengaruhi ketidaklayakan investasi proyek.
Sementara itu, menurut Tutuka, pembangunan Terminal Fasilitas LNG Cilacap terkendala lantaran belum adanya kesepakatan komersial dengan PT Kilang Pertamina Internasional. Belakangan, anak usaha Pertamina di sisi pengilangan itu berencana untuk mengurangi volume pemanfaatan gas.
Di sisi lain, kata dia, proyek penyaluran LNG ke TPPI juga terkendala karena belum diperolehnya kesepakatan komersial dengan calon pelanggan akibat meningkatnya harga gas alam cair yang menjadi sumber pasokan saat ini.
Kendati demikian, dia mengatakan, kementeriannya terus berupaya untuk berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan sejumlah hambatan-hambatan investasi di sisi hilir migas tersebut. Apalagi, pasokan gas di sisi hulu diproyeksikan bakal mengalami kelebihan pasok atau oversupply yang makin lebar beberapa tahun mendatang.
“Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan hambatan-hambatan investasi yang dialami oleh badan usaha,” kata dia.