Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melihat ketidakpastian global masih tetap tinggi sehingga mendorong aliran modal asing kepada negara berkembang, termasuk Indonesia, lebih ketat.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan meski kondisi Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang telah lebih baik, tetapi tekanan inflasi di negara maju relatif masih tinggi yang dipengaruhi oleh ekonomi yang lebih kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat.
Hal ini pun diperkirakan akan mendorong kenaikan lebih lanjut suku bunga kebijakan moneter di negara maju termasuk Fed Fund Rate di AS.
Akibatnya, para investor akan lebih selektif dalam menempatkan modalnya di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
“Perkembagan tersebut mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan meningkatkan tekanan nilai tukar di negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga memerlukan penguatan respons kebijkan untuk memitigasi risiko rambatan global,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (25/7/2023).
Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa perbaikan ekonomi negara-negara maju tersebut diiringi dengan pergeseran sumber pertumbuhan ekonomi, yaitu konsumsi rumah tangga.
Baca Juga
Di sisi lain, ketidakpastian global yang termasuk pasar keuangan di dalamnya, berdampak pada net outflow aliran modal asing dalam bentuk investasi portfolio pada kuartal II/2023 sebesar US$1,3 miliar.
Namun demikian, pada kuartal III/2023 hingga 21 Juli 2023, BI mencatat adanya net inflow aliran modal asing sebesar US$0,3 miliar.
Adapun berdasarkan catatan BI, total aliran modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 hingga 13 Juli 2023 sebesar Rp81,21 triliun dan ke pasar saham sebesar Rp14,59 triliun.