Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha menyebut keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sesuai prediksi mereka.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani menuturkan bahwa keputusan BI menahan suku bunga di 5,75 persen didasari pada inflasi yang relatif masih rendah. Adapun inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2023 sebesar 3,52 persen secara year on year (yoy).
Menurut Shinta, inflasi yang kembali ke kisaran 3±1 persen membuat pengusaha optimistis bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga ke dunia usaha relatif kecil saat ini.
"Inflasi relatif masih rendah, likuiditas perbankan juga masih cukup besar," ujar Shinta saat dihubungi, Selasa (25/7/2023).
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini membeberkan alasan mereka mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen selama tujuh bulan berturut-turut. Menurutnya, keputusan tersebut telah konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.
Kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai rupiah, terutama untuk mengendalikan inflasi barang impor. Adapun insentif likuiditas makroprudensial diperkuat untuk mendorong kredit atau pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.
Baca Juga
Selain itu, Perry menyebut upaya digitalisasi sistem pembayaran juga didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital.
"Bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.