Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2023 sebesar US$3,45 miliar. Namun, kinerja tersebut diiringi anjloknya nilai impor sebesar 19,4 persen month-to-month (mtm).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core Indonesia) Mohammad Faisal menyebut, surplus neraca dagang tersebut tidak sehat. Anjloknya nilai impor disebut sebagai refleksi dari ekonomi domestik yang bermasalah.
"Kondisinya tidak baik," kata dia saat dihubungi, Selasa (18/7/2023).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), anjloknya nilai impor Juni 2023 didorong oleh penurunan impor golongan bahan baku atau bahan penolong sebesar 19,24 persen atau senilai US$2.944 juta.
Selanjutnya, penurunan nilai impor juga diikuti oleh barang modal sebesar US$701,7 juta (17,97 persen) dan barang konsumsi US$482,6 juta (23,33 persen).
Secara keseluruhan, nilai impor sepanjang semester I/2023 turun 6,42 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi U$108,73 miliar.
Baca Juga
Faisal menuturkan, penurunan impor bahan baku/penolong maupun barang konsumsi, menjadi salah satu tanda adanya pengurangan permintaan dari dalam negeri. Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2023 di level 127,1 juga mengalami penurunan tipis dari IKK Mei 2023 di level 128,3.
"Artinya permintaan dalam negeri untuk produk konsumsi maupun produksi itu juga turun," tutur Faisal.