Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Luar Negeri RI Susut US$4,7 Miliar per Mei 2023, BI Ungkap Pemicunya

Posisi utang luar negeri (ULN) per Mei 2023 turun sekitar Rp70,24 triliun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2023 yang mencapai US$403,0 miliar.
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 mencapai US$398,3 miliar.

Posisi ULN tersebut turun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2023 yang mencapai US$403,0 miliar. Dengan demikian, terjadi penurunan US$4,7 miliar atau Rp70,24 triliun dengan asumsi kurs Rp14.945 per dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa ULN Indonesia pada Mei 2023 secara tahunan mengalami kontraksi 1,7 persen (year-on-year/yoy), lebih dalam dari kontraksi bulan sebelumnya sebesar 1,3 persen yoy.

“Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (17/7/2023).

Jika dirincikan, ULN pemerintah pada Mei 2023 tercatat sebesar US$192,6 miliar, meningkat 2,3 persen yoy. Namun, ULN pemerintah pada Mei 2023 turun jika dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang sebesar US$194,1 miliar.

Penurunan posisi ULN pemerintah secara tahunan disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo. 

Dukungan ULN pemerintah mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 24,1 persen dari total ULN pemerintah, administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 17,9 persen, jasa pendidikan 16,8 persen, konstruksi 14,2 persen, serta jasa keuangan dan asuransi 10,2 persen. 

Erwin mengatakan posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8 persen dari total ULN pemerintah.

Sementara itu, posisi ULN swasta pada mei 2023 tercatat sebesar US$196,5 miliar, turun dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar US$199,5 miliar.

Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 5,8 persen yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,6 persen yoy. 

“Kontraksi ULN swasta ini dikontribusikan oleh semakin turunnya ULN perusahaan bukan lembaga keuangan [nonfinancial corporations] dan lembaga keuangan [financial corporations] yang masing-masing mengalami kontraksi 5,3 persen yoy dan 7,6 persen yoy,” jelas Erwin.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,0 persen dari total ULN swasta. 

“ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,8 persen terhadap total ULN swasta,” kata Erwin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper