Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah mengimpor 50.000 ekor sapi hidup (sapi bakalan) dari Afrika Selatan (Afsel) disambut baik oleh pelaku usaha rumah pemotongan hewan (RPH) dan pedagang daging.
Ketua Umum Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi), Asnawi menuturkan rencana pemerintah mengimpor sapi hidup dari Afrika Selatan berpeluang memberikan alternatif pilihan di Indonesia. Masuknya sumber impor baru tersebut dianggap dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor sapi dari Australia.
Menurut Asnawi, selama ini Australia menguasai bursa impor sapi Indonesia. Masuknya sapi impor dari Afsel, kata dia akan menciptakan kompetisi usaha yang lebih sehat.
"Dengan bisa dilakukannya impor sapi bakalan dari Afsel saya pikir itu menjadi sesuatu momen yang bagus. Afsel menjadi suatu pemain baru di bursa persapian di Indonesia," ujar Asnawi saat dihubungi, Kamis (13/7/2023).
Meskipun begitu, Asnawi menekankan bahwa sapi bakalan dari Afsel setidaknya harus memiliki kualitas dan harga yang lebih kompetitif atau sama dengan sapi bakalan dari Australia. Dengan demikian, sapi dari Afsel bisa menjadi daya tarik baru bagi para importir maupun pelaku usaha RPH.
Misalnya, dari segi kualitas diharap sapi Afsel bisa memiliki persentase karkas di atas 52 persen. Di sisi lain, harga timbang hidup sapi Afsel seharusnya juga bisa lebih murah dari sapi Australia.
Baca Juga
"Karena saya belum tau persis harga timbang hidup dari Afsel. kalau di Australia itu kan jelas [harga timbang hidup] antara US$3,3-3,5. Kalau di Afsel cuma US$2,7-2,9 itukan selisihnya cukup jauh, pasti sapi Afsel akan lebih menarik," tuturnya.
Asnawi menilai langkah pemerintah membuka sumber impor alternatif baru untuk sapi sudah tepat. Dengan persaingan yang sehat, sapi Afsel diharap bisa berdampak untuk stabilisasi harga daging di dalam negeri.
Ketergantungan impor sapi dari Australia berisiko pada gejolak harga daging di dalam negeri. Pasalnya, saat ekspor sapi di Australia dibatasi, maka pasokan daging sapi di Indonesia akan terganggu.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 impor sapi hidup (HS 0102) dari Australia mencapai 123.047 ton. Sementara itu, pada 2021 Indonesia mengimpor sapi dari Australia sebanyak 146.546 ton.
Meskipun secara geografis, jarak Afsel ke Indonesia lebih jauh ketimbang dari Australia ke Indonesia, menurut Asnawi bukan serta-merta harga sapi Afsel lebih mahal. Dia meyakini harga timbang sapi hidup dari negara berkembang itu juga akan lebih murah dari sapi bakalan Australia. Dengan begitu akan menciptakan bursa sapi dan daging yang lebih kompetitif di dalam negeri.