Bisnis.com, TANGERANG - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyinggung tantangan sektor batu bara yang kini mulai mendapat diskriminasi dari kalangan investor, di tengah cadangan dalam negeri yang masih cukup besar.
Arifin mengatakan bahwa di tengah dorongan transisi energi secara global, banyak investor yang enggan mendanai proyek pembangkit listrik berbasis batu bara lagi. Hal ini karena emisi yang dihasilkan batu bara cukup besar dan untuk menekan emisi yang dihasilkan akan membutuhkan dana yang besar pula.
"Batu bara itu sumber emisi yang besar, sulit ditangkap exhaust-nya, pasti cost besar. Makanya sekarang didiskriminasi nggak ada yang mau mendanai proyek pembangunan pembangkit batu bara lagi," kata Arifin pada acara The 11th Indonesia EBTKE ConEx 2023 di ICE BSD, Tangerang, Rabu (12/7/2023).
Sementara itu, Arifin menyebut bahwa untuk cadangan batu bara milik Indonesia saat ini masih cukup besar. Terlebih, kapasitas produksi batu bara nasional masih berada di angka 650 juta ton per tahun.
Dengan jumlah tersebut, menurutnya, cadangan batu bara Indonesia masih bisa dimanfaatkan hingga beberapa dekade ke depan.
"Kita masih punya cadangan yang cukup besar dengan kapasitas produksi nasional 650 juta ton. Kita masih bisa hidup 120 tahun kalau ingin memanfaatkan batu bara," ujarnya.
Baca Juga
Sementara itu, dalam upaya mencapai target net zero emission (NZE), pemerintah tengah mendorong pengembangan teknologi carbon capture utilization and storage (CCUS). Terdapat kajian yang menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan atau reservoir untuk menyimpan CO2 mencapai 400 gigaton CO2.
Menurut Arifin, pemanfaatan teknologi yang tepat akan bisa memberikan nilai tambah dan mempercepat mencapai NZE.
"Seperti teknologi yang bisa memanfaatkan reservoir-reservoir untuk menyimpan karbon, itu yang harus kita amankan, karena teknologi capturing [carbon] itu kompetitif, dan potensinya itu masih bisa terbuka sangat lebar," katanya.