Bisnis.com, JAKARTA - Konflik Rusia dengan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari 500 hari dan tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir. Ketegangan dua negara di Eropa Timur itu pun berdampak pada pasokan pupuk global karena Rusia menjadi salah satu pemasok pupuk dunia.
Meskipun demikian, impor pupuk Indonesia dari Rusia tetap lancar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor pupuk dari Rusia sebanyak 1,03 juta ton selama tahun 2022 dengan nilai mencapai US$811,15 juta.
Angka impor pada 2022 diketahui lebih tinggi dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Adapun, pada 2021 impor pupuk dari Rusia sebanyak 974.562 ton; 2020 sebanyak 743.304 ton; dan 2019 sebanyak 818.724 ton.
Sebaliknya, data BPS tidak mencatatkan adanya impor pupuk dari Ukraina di periode tersebut.
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT), Rahmad Pribadi, menuturkan bahwa selama ini mereka tidak pernah melakukan transaksi impor bahan baku pupuk, terutama fosfat dari Ukraina.
Menurutnya, perang Rusia dan Ukraina tidak berdampak signifikan terhadap produksi. Pasalnya, produk pupuk berbasis fosfat cenderung sedikit. Adapun pada tahun ini, PKT menargetkan produksi pupuk berbasis fosfat sebesar 250.000 ton.
Baca Juga
Rahmad mengatakan, sejumlah upaya tetap dilakukan untuk mengamankan pasokan bahan baku fosfat yakni dengan mengimpor dari negara lain. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi dampak perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.
"PKT mengimpor bahan baku fosfat dari beberapa negara seperti Yordania, China, Vietnam, Mesir, Aljazair dan Maroko," kata Rahmad kepada Bisnis, Selasa (11/7/2023).
Dia menambahkan, PKT bersama holding Pupuk Indonesia tetap aktif memantau situasi pasar global di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.
Selain itu, penjajakan juga dilakukan untuk kerja sama dengan pemasok bahan baku pupuk dari berbagai negara alternatif lainnya.