Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Badai PHK Massal, Pengusaha Beberkan Penyebabnya

Apindo memperkirakan badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya tahun ini akan lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Ilustrasi PHK/adweek.com
Ilustrasi PHK/adweek.com

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani memperkirakan badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya tahun ini akan lebih besar dibandingkan tahun lalu. Berbagai aspek disebut telah menekan industri untuk melakukan PHK.

Shinta menyebut, dari aspek permintaan ekspor produk industri padat karya mengalami penurunan. Di satu sisi, produk impor ilegal juga masih mengalir deras masuk ke tanah air. Membuat produk-produk dalam negeri kalah saing dengan harga produk ilegal yang jauh lebih murah.

"Terus automatisasi juga mempengaruhi industri tekstil kita. Jadi sekarang kelihatannya akan bertambah [PHK]," ujar Shinta di Kementerian Perdagangan, Senin (10/7/2023).

Meskipun jumlah PHK industri padat karya diprediksi akan bertambah, Shinta belum bisa menyebut angka pastinya. Adapun solusi penting yang perlu dikejar yakni menyiapkan peralihan lapangan pekerjaan bagi karyawan padat karya yang terdampak PHK.

Peralihan penyediaan lapangan kerja, kata dia juga membutuhkan peningkatan kemampuan para pekerja yang terdampak PHK. Di satu sisi, Shinta optimistis bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menangah (UKM) bisa berpotensi menjadi alternatif pembentukan lapangan kerja.

"Apakah bisa shifting kemana nanti kalau PHK ini, kita harus siapkan tenaga kerja bakal kemana," tuturnya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (13/2/2023), Apindo memproyeksikan badai PHK akan berlanjut di tahun 2023 ini seiring dengan ekonomi global yang belum membaik. Pasalnya kinerja ekonomi global berdampak terhadap sektor ketenagakerjaan, terutama yang berorientasi ekspor.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan, Apindo, Anton Supit mengatakan badai PHK menjadi gejala umum dari suatu perekonomian. Perbaikan kondisi industri padat karya berorientasi ekspor disebut bakal bergantung dari pemulihan ekonomi di negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Eropa

"Karena ini menurunkan permintaan Amerika dan Eropa berpengaruh terhadap Cina dan Jepang. Karena permintaan mereka menurun. Ini yang berat juga buat kita," ujar Anton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper