Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis skor manufaktur nasional pada Juni 2023 dapat menjadi tanda Indonesia pada kondisi perekonomian yang stabil, salah satunya dengan inflasi yang lebih terkendali dari sebelumnya.
Pada Juni 2023 ini, S&P Global merilis skor purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia pada angka 52,5 poin. Angka tersebut jauh dari bulan sebelumnya yang hanya mencetak skor 50,3, tipis diatas 0,3 poin dari batas level ekspansi yaitu angka 50.
Sebagai gambaran, PMI menggunakan angka 50 untuk netral. Nilai di atas garis tengah ini menunjukkan ekspansi. Sedangkan sebaliknya, saat indeks di bawah nilai 50 terjadi perlambatan.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyebutkan kondisi manufaktur Juni 2023 didukung oleh permintaan yang berdampak pada tingginya variabel produksi.
Hal ini menurutnya kemudian akan menyebabkan manufaktur memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan pada periode yang sama.
Shinta juga melihat moncernya produksi di sektor manufaktur ini terdiri dari adanya penumpukan produksi dikarenakan banyaknya tanggal merah atau hari libur pada Mei lalu, juga peningkatan permintaan akibat libur Iduladha yang mendongkrak permintaan domestik.
Baca Juga
“But the good news, confidence ini juga didukung oleh moderasi peningkatan beban usaha di sektor manufaktur, khususnya karena tekanan inflasi yang menurun. Sehingga pelaku usaha di sektor sedikit lebih berani untuk melakukan ekspansi produksi,” tutur Shinta kapada Bisnis baru-baru ini, dikutip pada Senin (10/7//2023).
Dengan optimisme ini, menurut Shinta inflasi akan lebih terkendali. Di saat yang bersamaan, menurutnya pemerintah harus membantu pelaku usaha untuk meningkatkan efisiensi biaya usaha yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.
Beban biaya produksi yang sangat dipengaruhi oleh pemerintah meliputi beban energi, logistik, suku bunga, tenaga kerja, dan beban ongkos produksi lainnya.
“Kami meyakini confidence untuk melakukan ekspansi produksi bisa lebih tinggi meskipun constraints pertumbuhan demand di sisi pasar global masih persisten,” tutup Shinta.
Dalam catatan Bisnis, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tengah tahun Indonesia atau selama semester I/2023 sebesar 1,24 persen (year-to-date/ytd), di bawah target makro yang mana berada pada rentang 2-4 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan tren inflasi tengah tahun selama 2019-2023 cenderung selalu dibawah target.
“Kecuali pada 2022 yang mana saat itu inflasi telah mencapai 3,19 persen ytd,” ujarnya dalam Rilis BPS, Senin (3/7/2023).