Bisnis.com, JAKARTA – Cadangan devisa Indonesia pada Juni 2023 tercatat turun menjadi sebesar US$137,5 miliar dari US$139,3 miliar pada Mei 2023.
Penurunan cadangan devisa pada Juni 2023 salah satunya disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa penurunan cadangan devisa pada periode tersebut juga dipengaruhi oleh ketidakpastian global yang meningkat, menyusul pernyataan bank-bank sentral dunia untuk mempertahankan sikap hawkish.
Kondisi ini menyebabkan pasar saham Indonesia mencatat arus keluar bersih sebesar US$290 juta pada Juni 2023. Sementara itu, pasar obligasi Indonesia mencatatkan arus masuk bersih yang lebih tinggi sebesar US$1,17 miliar karena didukung oleh menurunnya tingkat inflasi domestik dan kondisi neraca fiskal yang baik.
Faisal memperkirakan sektor eksternal Indonesia ke depan akan tetap memiliki ketahanan yang baik, meski tekanan global masih terus meningkat.
Menurutnya, neraca transaksi berjalan (current account) akan menuju defisit yang terkendali sekitar -0,65 persen dari PDB pada 2023, dibandingkan dengan surplus 0,99 persen dari PDB pada 2022.
“Meskipun demikian, proyeksi defisit tetap terkendali karena lebih rendah dari ambang batas 3 persen dari PDB. Hal ini mengindikasikan bahwa current account tetap berada dalam kondisi yang kuat,” katanya, Jumat (7/7/2023).
Dia menjelaskan, penurunan transaksi berjalan disebabkan oleh moderasi pertumbuhan ekspor, yang dipicu oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global. Di sisi lain, impor diperkirakan tumbuh lebih kuat sebagai hasil dari pemulihan ekonomi.
Selain itu, potensi risiko yang timbul dari sikap moneter yang lebih hawkish dari bank-bank sentral utama dunia dapat menjadi hambatan bagi arus modal masuk ke pasar obligasi dan pasar saham.
Namun demikian, Faisal mengatakan ada beberapa faktor yang akan mendorong kondisi eksternal Indonesia tetap kuat. Pertama, laju inflasi yang terus menurun ke level terendah dalam 14 bulan terakhir sebesar 3,52 persen secara tahunan pada Juni 2017, kembali ke kisaran target 2-4 persen selama dua bulan terakhir.
“Hal ini dapat memastikan terjaganya spread yang baik antara tingkat suku bunga nominal dan tingkat inflasi, yang mengakibatkan instrumen keuangan Indonesia terlihat relatif lebih menarik dibandingkan dengan negara lain, sehingga menarik arus masuk modal sampai batas tertentu,” jelas Faisal.
Kedua, pola musiman peningkatan pembayaran dividen dan kupon investasi portofolio kepada non-residen pada kuartal III/2023 juga mulai mereda, sehingga mengurangi tekanan pada kondisi cadangan devisa.
Ketiga, komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi SDA akan menarik investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke Indonesia. Selain itu, inisiatif yang bertujuan mempertahankan pendapatan ekspor dari SDA, seperti pemanfaatan term deposit (TD) valas yang disediakan oleh BI, menjadi salah satu langkah untuk mencegah pengalihan penempatan aset ke luar negeri.
Dengan perkembangan tersebut, Faisal memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia akan mencapai kisaran US$135 miliar hingga US$155 miliar pada akhir 2023.
“Hal ini memberikan potensi untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama periode ketidakpastian global yang meningkat,” katanya.
Faisal pun memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di kisaran Rp14.864 per dolar AS pada akhir 2023, menguat dibandingkan dengan posisi Rp15.568 per dolar AS pada 2022.