Bisnis.com, JAKARTA - Harga sejumlah komoditas tercatat terus mengalami penurunan, salah satunya minyak mentah dunia atau crude oil, seperti brent hingga West Texas Intermediate (WTI). Sinyal berakhirnya 'durian runtuh' komoditas makin kuat?
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan, harga minyak mentah crude oil secara rata-rata pada Mei 2023 mencapai US$74 per barel, menjadikannya harga terendah sejak Januari 2022.
“Secara rata-rata pada Mei 2023, harga crude oil mencapai US$74 per barel, ini adalah harga terendah sejak Januari 2022,” ujar Pudji dalam rilis BPS, Senin (3/7/2023).
Baca Juga
Hal tersebut sejalan dengan proyeksi Bank Dunia dalam World Economics Outlook yang dirilis pada April 2023.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diproyeksi tumbuh melambat pada 2023, sama halnya dengan inflasi pada emerging market dan developing economies yang juga diprediksi menurun didukung oleh harga komoditas yang lebih rendah.
Melansir Trading Economics, Senin (3/7/2023) harga minyak mentah berjangka WTI stabil di atas US$70 per barel pada Senin (3/7/2023) lantaran investor masih melihat berbagai faktor permintaan dan penawaran.
Pekan lalu, patokan minyak As menutup kuartal kedua dan paruh pertama 2023 dengan kerugian akibat pemulihan ekonomi yang lesu di China, kekhawatiran resesi AS, dan ekspor yang kuat dari Rusia dan Iran membebani harga minyak.
Pengetatan moneter yang agresif dan pesan hawkish dari bank sentral utama juga mengurangi sentimen pasar. Sementara itu, harga minyak mendapat dukungan pada kuartal ketiga karena Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, diprediksi bakal memperpanjang pengurangan produksi 1 juta barel per hari secara sepihak pada Agustus 2023.
Departemen Energi AS juga berencana untuk meminta lebih banyak pembelian minyak minggu ini untuk mengisi Cadangan Minyak Strategis mereka.