Bisnis.com, JAKARTA - UBS melakukan perekrutan manajer kekayaan untuk melayani orang kaya Amerika Serikat (AS) walaupun sedang mempertimbangkan PHK terhadap 30 persen tenaga kerja globalnya.
Dilansir Reuters, Senin (3/7/2023) pada paruh pertama 2023, UBS telah merekrut 50 penasihat keuangan, termasuk dari unit Merrill Lynch Bank of America, First Republic Bank, Citigroup, dan Wells Fargo.
Dari jumlah tersebut, 30 orang direkrut setelah kesepakatan dengan Credit Suisse. Tim BG Group menjadi tim terbesar, yakni tim yang berisi 13 orang untuk mengelola US$2,5 miliar atau Rp37 triliun.
Presiden Global Wealth Management UBS, Iqbal Khan mengatakan bahwa AS adalah pasar kekayaan terbesar secara global. Dirinya juga mengklaim bahwa beberapa tahun terakhir UBS telah mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Menginvestasikan dan membangun bisnis kami di sini adalah prioritas utama," ujarnya yang sekaligus menjabat di dewan eksekutif bank tersebut.
Strategi UBS Dibalik Perekrutan Manajer Kekayaan
Kekayaan sangat penting bagi hasil akhir UBS. Menurut analis Morningstar Johann Scholtz, UBS diperkirakan memperoleh 63 persen dari keuntungannya dari manajemen kekayaan dalam empat tahun mendatang.
Baca Juga
Untuk memperkuat posisinya di AS, UBS perlu fokus dalam transfer kekayaan antara generasi baby boomer ke ahli waris mereka dalam beberapa tahun mendatang.
Bank UBS sedang melakukan diversifikasi tenaga kerja penasihatnya. Diversifikasi tersebut dilakukan dari segi usia maupun ras, dan mengadakan acara untuk beberapa generasi keluarga kaya.
UBS memproyeksi sekitar US$18 triliun atau Rp270 kuadriliun akan dialihkan kepada generasi muda di AS dalam tujuh tahun mendatang, dan sebanyak US$84 triliun atau Rp1,263 kuadriliun dalam dua dekade mendatang.
"Dalam 20 tahun mendatang, kita akan melihat transfer kekayaan terbesar dalam sejarah," ucap Khan, mengatakan bahwa hal tersebut memberikan peluang besar untuk melayani klien generasi baru.