Bisnis.com, JAKARTA -- S&P Global merilis purchasing manager's index (PMI) manufaktur Indonesia Juni 2023 dalam fase ekspansif pada angka 52,5. Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga merilis indeks kepercayaan industri (IKI) Juni 2023 pada angka 53,93 poin.
Meskipun keduanya menyebut pertumbuhan skor manufaktur disebabkan oleh variabel pesanan baru yang meningkat, namun angka yang dihasilkan terpaut 1,43 poin.
Jika dibandingkan dengan skor Mei, baik IKI maupun PMI mengalami pertumbuhan yang signifikan, IKI tumbuh dari 50,90 menjadi 53,93 sedangkan PMI tumbuh dari 50,3 menjadi 52,5.
Kemenperin menyebutkan meskipun kegiatan ekspor belum dapat dibatalkan, tetapi mayoritas pelaku usaha optimistis bisnisnya akan moncer dalam enam bulan ke depan.
Juri Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menuturkan sebanyak 66,2 persen pelaku usaha dari 4.283 perusahaan industri di Tanah Air yang mengisi kuesioner IKI Juni 2023 mengaku optimistis kondisi usaha selama enam bulan ke depan akan ada dalam keadaan yang baik.
“Mayoritas pelaku usaha yang menjawab optimis tersebut karena keyakinannya akan kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik,” tutur Febri dalam konferensi pers di Kemenperin pada Selasa (27/6/2023).
Baca Juga
Menurutnya, angka tersebut sama dengan angka optimisme pelaku usahanya untuk enam bulan ke depan pada Mei lalu.
Di sisi keadaan usaha, Febri menyebut Kemenperin mengumpulkan data sebanyak 45,2 persen perusahaan industri yang menjawab kuesioner IKI Juni 2023 menyebut kondisi usahanya meningkat.
Lalu sebanyak 33,6 persen dalam keadaan stabil, sementara sebanyak 21,3 persen responden pengusaha industri padat karya lainnya menjawab usahanya tengah mengalami penurunan.
Berbeda dengan Kemenperin, Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence Jingyi Pan menyebutkan meskipun optimisme bisnis meningkat dari April lalu tetapi tingkat sentimen positif tetap berada di bawah rata-rata selama delapan bulan berturut-turut pada akhir kuartal II/2022.
Menurutnya, optimisme bisnis manufaktur secara keseluruhan masih lemah secara historis, hal ini perlu diperhatikan.
“Penting untuk memperhatikan permintaan, terutama permintaan eksternal, yang naik untuk menambah kepercayaan diri di antara para produsen," kata Jingyi dalam keterangannya pada Senin (7/3/2023).