Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan hewan kurban di peternak mengalami penurunan pada momen Hari Raya Iduladha tahun ini jika dibandingkan tahun lalu.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Subendro, menyebut penjualan hewan kurban tahun ini turun sekitar 10-20 persen dibandingkan tahun lalu.
"Stok (hewan kurban) tahun ini mencukupi karena peternak memang banyak menyimpan sapi dan kerbau untuk dijual di momen Iduladha, tapi justru permintaan sedikit, mengalami penurunan," kata Nanang kepada Bisnis, Rabu (28/6/2023).
Nanang menilai daya beli masyarakat saat ini lebih rendah terhadap hewan kurban. Padahal, dia menyebut harga sapi dan kerbau, cenderung sama dari Iduladha tahun lalu.
Dia menyebut saat ini harga sapi dengan bobot berkisar 225 - 300 kilogram dipatok Rp70.000 per kilogram. Sementara untuk sapi dengan bobot di atas 300 kilogram dijual dengan harga berkisar Rp60.000 - Rp70.000 per kilogram.
Pasca-wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Nanang mengungkapkan, penurunan hasil penjualan hewan kurban di peternak saat ini juga disebabkan oleh munculnya penyakit kulit LSD (Lumphy Skin Disease). Penyakit ini menyebabkan benjolan pada kulit hewan ternak.
Baca Juga
"Kalau masalah PMK dengan vaksinasi sudah berhasil dikendalikan. Sekarang sedang marak adalah LSD, penyakit ini mudah dikenali," ujarnya..
Nanang menjelaskan, bahwa LSD memberikan dampak kerugian ekonomi yang nyata bagi peternak. Selain berpotensi kematian hewan ternak, penyakit LSD juga bisa menurunkan produksi susu sapi hingga penurunan bobot sapi.
Nanang juga mengatakan biaya pengobatan penyakit LSD pada sapi membutuhkan biaya yang tak sedikit. Hal tersebut membuat peternak harus menambah ongkos produksi. Bahkan, sapi yang terkena LSD berpotensi gagal dijual sebagai hewan kurban.
"Sapi turun harga karena ada kerusakan kulit dan daging," ujarnya.