Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menganggarkan Rp210 miliar pada pagu indikatif 2024 untuk komersialisasi pesawat N219 Amfibi (N291A).
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan nantinya anggaran Rp210 miliar tersebut akan difokuskan dalam pengembangan pesawat dan akan dihibahkan kepada Institut Teknologi Bandung (ITB).
“[Sebanyak] Rp210 miliar kami fokuskan untuk mendukung pengembangan N219 amfibi. Ini akan kami hibahkan kepada ITB bekerja sama dengan PT DI, dan merupakan pilot proyek untuk meng-konkretkan triple helix pemerintah, akademisi, dan dunia usaha,” ungkapnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (19/6/2023).
Adapun, pagu indikatif milik Deputi bidang Ekonomi sebesar Rp246,8 miliar, dan 85 persen bagiannya untuk pesawat N219 amfibi.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan pengembangan pesawat N219 amfibi pada tahun depan dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikasi tingkat internasional.
Sebelumnya pada tahun lalu, pesawat hasil kerja sama ketiga pihak tersebut telah menerima setifikat tingkat nasional.
“Adanya sertifikat internasional sehingga komersialisasinya bisa dilakukan, tetapi kami sudah mendorong Kementerian Pertahanan untuk membeli,” ungkapnya.
Selain Kementerian Pertahanan, Suharso melaporkan bahwa ada beberapa pihak swasta dalam negeri yang sudah mulai membeli pesawat tersebut.
Beberapa pemerintah daerah (Pemda) juga sudah menyatakan keinginan untuk membeli, seesuai dengan kebutuhan di wilayahnya, di mana pesawat ini dapat mendarat di air.
Pesawat ini tentunya juga mampu mengakomodir pulau-pulau terluar, tertinggal, terdepan (3T) yang tersebar di Indonesia.
Sebagai informasi, harga komersial pesawat amfibi yang akan membantu moda transportasi antarpulau tersebut dipatok sebesar US$8 juta atau sekitar Rp119,92 miliar (kurs Rp14.990 per dolar AS).
Sementara untuk nonamfibi, harga pesawat N219 sekitar US$6,8 juta atau sekitar Rp101,9 miliar. “Kami sudah mengatakan, kalau bisa diturunkan [harganya] jauh lebih bagus,” tutup Suharso.