Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Pangkas Outlook Ekonomi China Tahun 2023 Jadi 5,4 Persen

Goldman Sachs Group Inc. memangkas proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun 2023 menjadi 5,4 persen dari sebelumnya 6 persen.
Ekonomi China./.Reuters
Ekonomi China./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc. memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China dengan alasan terbatasnya pilihan untuk meningkatkan stimulus moneter.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (19/6/2023), analis di Goldman memangkas proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun 2023 menjadi 5,4 persen dari 6 persen.

Tim ekonom Goldman mengatakan pelonggaran kebijakan di masa mendatang datang kemungkinan tidak akan melebihi yang diterapkan pada perlambatan ekonomi yang terjadi sebelumnya, termasuk tahun 2020.

Stimulus properti dan infrastruktur mungkin akan tepat sasaran dan moderat mengingat adanya penurunan populasi, tingkat utang yang tinggi, dan seruan Presiden Xi Jinping untuk menekan aksi spekulasi di sektor properti.

"Menempuh rute lama yang sama dengan menggunakan properti dan infrastruktur untuk merekayasa rebound ekonomi yang kuat akan tidak konsisten dengan jenis 'pertumbuhan berkualitas tinggi' yang telah ditekankan oleh para pemimpin China berulang kali," tulis laporan tersebut.

Ekspektasi untuk lebih banyak dukungan kebijakan termasuk pengeluaran pemerintah untuk membiayai infrastruktur dan juga langkah-langkah pelonggaran properti meningkat minggu lalu.

Sejumlah analis memperkirakan pemerintah pusat akan menerbitkan obligasi dengan tujuan khusus untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur. Data bulan Mei yang dirilis pekan lalu menunjukkan laju pemulihan ekonomi melambat. Sementara itu, People’s Bank of China (PBOC) juga memangkas suku bunga kebijakan untuk meningkatkan sentimen.

Pekan lalu, Dewan Negara yang merupakan kabinet China untuk koordinasi kebijakan antarkementerian pemerintah pusat dan bank sentral menyerukan kebijakan yang lebih kuat untuk mendukung perekonomian.

Mereka mengatakan langkah-langkah baru sedang dipelajari dan akan diadopsi pada waktu yang tepat, namun tidak menyebutkan perincian lebih lanjut.

"Kami menilai bahwa hambatan pertumbuhan kemungkinan besar akan terus berlanjut saat pemerintah China dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan politik dalam memberikan stimulus," kata para ekonom Goldman.

Mereka tidak memperkirakan pemerintah pusat akan menerbitkan obligasi negara khusus, karena obligasi ini hanya pernah dijual tiga kali di masa lalu selama periode yang sangat sulit, termasuk pandemi pada tahun 2020 dan selama krisis keuangan Asia pada tahun 1998.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper