Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Jepang Tahan Suku Bunga, Tunggu Tanda Meredanya Inflasi

Bank sentral Jepang menahan stimulusnya untuk menunggu tanda-tanda penurunan inflasi yang lebih berkelanjutan.
Gedung bank sentral Jepang, Bank Of Japan (BOJ), di Tokyo./Bloomberg
Gedung bank sentral Jepang, Bank Of Japan (BOJ), di Tokyo./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) tetap menahan suku bunga yang rendah karena menunggu tanda-tanda meredanya inflasi yang lebih berkelanjutan. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (16/5/2023) Gubernur BOJ Kazuo Ueda bersama dengan anggota dewan tetap mempertahankan suku bunga negatif 10 persen. Program kontrol kurva imbal hasil juga tidak berubah. Keputusan ini sejalan dengan survei analis Bloomberg.

Sebagaimana diketahui, pengumuman tersebut dikeluarkan ketika bank sentral Eropa atau ECB yang menaikkan suku bunganya ke level tertinggi selama 22 tahun pada Kamis (15/6). ECB dan bank sentral AS, The Fed juga mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Ueda juga tetap pada pandangannya bahwa biaya dari kebijakan yang terlalu cepat untuk diperketat dapat lebih merusak tren inflasi yang baru terbentuk di Jepang.Pertahanan keras BOJ terhadap stimulusnya dan khususnya batas imbal hasil utang pemerintah, telah menjadi penahan bagi imbal hasil global.

Disamping itu, muncul banyak spekulasi bahwa BOJ mungkin akan melakukan penyesuaian pada pertemuan Juli 2023 terkait pengendalian imbal hasil. Hal ini bisa memicu ketidakstabilan baru di pasar global.

Ahli ekonomi Jepang utama di UBS Securities dan mantan pejabat BOJ, Masamichi Adachi, mengatakan bahwa Ueda ingin bersikap logis dan mungkin ingin membuat perubahan kebijakan ketika BOJ memperbarui prospek inflasi atau ekonomi.

"BOJ tidak bisa benar-benar mengatakan bahwa mereka akan menyesuaikan Yield Curve Control (YCC) sebelumnya, jadi setiap pertemuan BOJ saat ini dianggap penting seperti pertemuan The Fed," katanya.

Mengutip Reuters, kebijakan YCC BOJ menargetkan suku bunga jangka pendek sebesar -0,1 persen dan imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun sebesar 0,5 persen di atas atau di bawah nol.Kebijakan tersebut merupakan upaya untuk mencapai inflasi 2 persen secara berkelanjutan.

Mengutip Bloomberg, para ekonom kini menilai bahwa perkiraan inflasi BOJ untuk tahun fiskal ini terlalu indah dan perlu ditingkatkan pada proyeksi triwulanan Juli 2023.Kepala strategi pendapatan tetap di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Naomi Muguruma, mengatakan bahwa tidak ada indikasi dalam pernyataan hari ini bahwa BOJ akan merilis kebijakannya pada pertemuan Juli.

“Jika BOJ memberi petunjuk tentang adanya perubahan, pasar akan mencoba memperhitungkannya, seperti yang dikatakan Gubernur Ueda, kemungkinan mereka tidak akan dapat mengatakan apapun tentang revisi YCC sampai saat terakhir.” ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper