Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor dari China Melonjak pada Mei 2023, Kabar Baik atau Buruk?

Berikut analisis ekonom kala data impor dari China melonjak pada Mei 2023.
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyds List/ Bloomberg
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyds List/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom melihat kinerja impor, khususnya impor asal China, secara umum pada Mei 2023 yang melonjak hingga 38,65 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm) menandakan bahwa perekonomian domestik membaik. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai peningkatan yang signifikan tersebut juga didukung oleh optimisme yang membaik terhadap prospek ekonomi domestik Indonesia yang terlihat tangguh di tengah risiko perlambatan ekonomi global. 

“Dan impor dari China didominasi barang modal artinya barang produktif. Jadi akan bagus dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (15/6/2023). 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China menjadi negara utama sebagai penyumbang defisit terdalam, utamanya barang berupa barang modal. 

Barang tersebut antara lain mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta komoditas plastik dan barang dari plastik (HS 39). 

Di sisi lain, impor yang melonjak berdampak pada surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi semakin menyempit. 

Faisal mengatakan bahwa hal tersebut telah pasar antisipasi, melihat harga komoditas yang mulai menurun. Oleh sebab itu, lanjutnya, ke depan peranan hilirisasi menjadi cukup penting untuk shifting ekspor Indonesia yang saat ini masih didominasi oleh barang mentah menjadi barang dengan nilai tambah lebih tinggi. 

Adapun, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai US$4,7 miliar, sementara impor sebesar US$5,95 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia dengan China defisit senilai US$1,17 miliar pada Mei 2023.

Ke depannya, Faisal memproyeksikan impor secara umum akan sejalan dengan ekspor di tengah ketahanan ekonomi domestik yang mengindikasikan membaiknya permintaan domestik.

Pihaknya juga terus mengantisipasi surplus perdagangan yang terus menyempit, pada Mei 2023 ke level US$0,44 miliar, dan membuka kemungkinan neraca perdagangan berubah menjadi defisit lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper