Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Ungkap Penyebab Impor Naik 38,65 Persen PascaLebaran

BPS mengungkapkan penyebab kinerja impor naik 38,65 persen pada Mei 2023 atau pascaLebaran.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja impor pada Mei 2023 mencatat kenaikan sebesar 38,65 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm). 

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statsitik (BPS) Moh. Edy Mahmud mengatakan bahwa kenaikan tersebut merupakan pola musiman yang terjadi setiap tahunnya selepas Hari Raya Idulfitri atau pascaLebaran. 

Dalam tiga tahun terakhir, seperti yang terjadi di ekspor, pascalibur Lebaran, impor selalu menunjukkan pola meningkat,“ ujarnya saat konferensi pers, Kamis (15/6/2023).

Padahal, sebelumnya kinerja impor sempat turun hingga 25,45 persen (mtm) pada April 2023. 

Lebih lanjut Edy memaparkan, kenaikan untuk nonmigas sebesar 46,42 persen (mtm). Utamanya kenaikan terjadi pada impor mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya kode hs 84, naik 52,49 persen dengan nilai US$1,06 miliar. 

Mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) naik 38,81 persen dengan nilai ekspor US$676 juta, kendaraan dan bagiannya kode hs 87 naik 76,76 persen senilai US$489,2 juta. 

Impor besi dan baja naik 50,58 persen dengan nilai US$392,8 juta, terakhir impor plastik dan barang dari plastik tumbuh (HS 39) 63,34 persen senilai US$360,3 juta. 

Di sisi lain, impor migas naik 6,09 persen akibat peningkatan impor minyak mentah yang naik sebesar 51,81 persen. 

Pada Mei 2023, imbuhnya, pangsa impor nonmigas berasal dari China dengan nilai US$5,95 miliar atau memberikan andil sebesar 32,8 persen terhadap total impor nonmigas. 

BPS juga mencatat China sebagai negara dengan peningkatan impor terbesar secara bulanan. Komoditas utama yang menyumbang, yaitu mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) dengan nilai US$430,3 juta. 

Adpaun, secara tahunan (year-on-year/yoy), impor juga tercatat naik sebesar 14,35 persen. Impor migas turun 6,52 persen dari US$3,35 miliar menjadi US$3,14 miliar, sedangkan nonmigas naik 18,94 persen dari US$15,26 miliar menjadi US$18,14 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper