Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, angkat bicara terkait alasan terhambatnya ekspor buah nanas, manggis hingga pisang ke China dan Korea Selatan (Korsel).
Mentan mengklaim terhambatnya ekspor buah-buahan tersebut lantaran persaingan dagang, bukan semata-mata karena buah Indonesia tidak lolos standarisasi negara pengimpor.
“Kan bukan hanya riset soal lalat buah itu, tapi mereka mau ekspor-nya [Indonesia] turun. Itu cara-cara mereka membatasi. Ini persaingan [dagang],” kata Syahrul kepada media, di Kompleks Gedung DPR RI, Selasa (13/6/2023).
Dia mengatakan, sulitnya buah-buahan Indonesia masuk China dan Korea Selatan tidak terlalu bermasalah, sebab banyak negara-negara masih mau mengimpor buah asal Indonesia.
“Negara seperti Jepang kan masih mau,” kata Syahrul.
Meski demikian, dia tak menampik jika alat pendeteksi lalat buah yang dimilikinya memang terbatas. Alhasil, komoditas Indonesia itu tidak lolos standarisasi pengimpor.
Baca Juga
Politisi NasDem itu mengklaim jika tahun ini alat deteksi buah Indonesia jauh lebih banyak.
“Deteksi alat buah kita masih kurang. Kita berusaha, tapi tahun ini banyak kemajuan-kemajuan,” ujar Syahrul tanpa merinci lebih lanjut.
Sebelumnya, Komisi IV DPR RI menyoroti beberapa komoditas pangan khususnya buah asal Indonesia seperti manggis, pisang dan nanas disebut masih kesulitan untuk diekspor ke Cina dan Korea Selatan. Penyebabnya dikarenakan buah-buah tersebut belum bisa memenuhi kualifikasi yang diminta negara pengimpor.
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) seharusnya fokus bagaimana caranya komoditas buah Indonesia bisa lolos badan karantina negara pengimpor tersebut. Dia mengatakan, komoditas buah yang sulit masuk itu lantaran tidak bebasnya buah tersebut dari lalat buah.
“Komoditas ekspor kita. Seharusnya manggis dibenahin. Jujur saya ini datang ke Beijing bicara kepada Badan Karantina hanya untuk meloloskan manggis kita. Kenapa, kulitnya agak kuning-kuning gitu. Gimana itu bisa jangan terjadi itu. Kemudian lalat buah, pisang kita belum masuk sana, nanas kita belum masuk sana,” ujar Sudin dalam rapat kerja bersama Kementan di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Politisi Fraksi PDI-P tersebut mengungkapkan hCina saat ini masih mengandalkan pisang dan nanas yang berasal dari Filipina, bukan dari Indonesia.
“Pisang kita cukup bagus. Bahkan ke Arab bisa masuk. Kenapa ke China tidak?,” ucapnya.
Menurut Sudin, Kementan seharusnya menganggarkan pengadaan alat pendeteksi lalat buah. Bukan justru ke pelatihan vokasi yang jumlahnya ratusan miliar.
“Konsentrasi saya, anggarannya untuk pelatihan vokasi sebesar Rp606 miliar. Untuk vokasi apa ini? Sedangkan anggaran Anda Rp906 miliar. Apa yang dihasilkan?,” ungkapnya.